Tuesday, July 28, 2020

Game Center Chp. 20


Rio: “Kata Christine, kau bilang tak ada yang salah dalam hal ini, jadi kau tak perlu khawatir.”

Soria: “Kenapa kau tak kencan dengan wanita lain?”

Rio: “Karena.. jika aku kencan dengan wanita lain, artinya aku selingkuh darimu. Aku tak mau hal seperti itu terjadi.”

Soria: “Maksudmu.. kita belum putus?”

Rio: “Bukankah sejak lima tahun yang lalu tak ada diantara kita yang mengatakan bahwa kita putus, kan?”

Soria: “A-Apa benar, kau terus mencariku?”

Rio: “Hm.. aku terus mencarimu.”

Soria: “Apakah masih sama?”

Rio: “Sejak lima tahun yang lalu hingga sekarang aku masih mencintaimu.”

DEG. Rasanya jantung Soria ingin melompat keluar. Soria hanya bisa menundukkan wajahnya yang memerah. Ia terlalu takut untuk sekedar menatap wajah Rio saat ini. Rio menggenggam lembut tangan Soria, seolah tangan itu akan hancur jika disentuh dengan kasar. Rio menyenderkan kepalanya di bahu kanan Soria. Saat ini mungkin orang lain bisa dengan mudah bisa mendengar suara degup jantung Soria tanpa speaker.

Rio: “Sebentar saja.. seperti ini sebentar saja..”

1 jam lamanya mereka berdiam dalam posisi seperti itu dengan Rio yang tidur dengan sangat tenang. Bahu Soria sudah mencapai limitnya, ia mendorong Rio sekuat tenaga sembari mengguncang-guncang pria itu agar segera bangun.

Rio: “Eh.. aku ketiduran ya? Gomen ne.”

Soria: “Daijobu.”

Rio: “Apakah ada tempat lain yang ingin kau kunjungi?”

Soria: “Seingatku hari ini akan ada acara melarutkan lampion bunga di sungai. Aku ingin ke sana.”

Rio: “Baiklah.. kita akan kesana. Tapi sebelumnya, harus kita apakan koin-koin ini?”

Rio dan Soria menatap  horror koin game yang sangat banyak, masuk kesana dan bermain lagi merupakan pilihan yang mustahil mengingat kejadian memalukan sebelumnya. Akhirnya mereka memberikan koin-koin tersebut pada pengunjung di luar game center. Setibanya mereka di pinggir sungai, banyak orang-orang dan turis asing yang turut serta ingin menikmati keindahan lampion bunga. Hari semakin gelap merupakan saat yang tetpat untuk melepaskan lampion-lampion bunga nan indah di sungai yang jernih dan tenang. Soria hanya tersenyum menikmati keindahan lampion yang cahayanya membuat air sungai berkilauan. Sangat indah.

Soria: “Hoaaammsss…”

Rio: “Kau mengantuk?”

Soria: “Hm.. aku mau pulang.”

Rio: “Eh, bukankah kita belum makan malam? Bisakah kau menahan kantukmu sebentar? Kita tidak boleh melewatkan makan malam.”

Soria: “Aku akan berusaha.”

Rio memacu motornya menuju kedai terdekat. Ia sengaja memilih kedai yang ramai agar Soria bisa menahan rasa kantuknya dengan suara berisik. Usai makan malam Rio mengantarkan Soria pulang. Rio bahkan sampai harus membeli syal untuk mengikat Soria ke tubuhnya saking khawatirnya jika Soria tertidur di perjalanan. Sesampainya di rumah Soria, Rio memastikan Soria sudah masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Rio bahagia. Terlalu bahagia hingga ia terus tersenyum sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Keesokan harinya…

Soria: “AKU TERLAMBAT!!!”

Soria berjalan terburu-buru menuju ruang kerjanya . ia terlambat 40 menit ke sekolah. Ada surat izin dari Rio di meja kerjanya. Rio hari ini ada ujian di kampusnya jadi akan datang terlambat ke sekolah. Soria mengecek beberapa dokumen yang menumpuk di atas meja kerjanya. Usai mengecek dokumen Soria menuju ke ruang kesehatan . barangkali ada murid yang sakit.

Soria P.O.V: “Kenapa aku mengizinkannya untuk membawaku? Padahal sejak kejadian lima tahun yang lalu aku sudah berusaha melupakannya. Bahkan aku sudah tak ingat bagaimana aku bisa jatuh cinta padanya. Tapi memang, saat bertemu dengannya lagi aku sangat yakin dia adalah Rio dari kenangan lima tahun yang lalu. Dan ketika melihat dirinya saat itu entah kenapa semua kenangan itu kembali hadir.”

Soria memasuki ruang kesehatan. Tak ada siapa-siapa disana. Hanya ada Soria dan boneka beruang baby blue. Soria memegangi boneka itu dengan lembut. Boneka yang sangat-sangat ia inginkan saat masih SMA dulu, sampai-sampai hampir setiap hari ia pergi ke game center untuk memastikan bahwa boneka beruang baby blue yang ia inginkan masih berada di tempatnya.

Soria P.O.V: “Kenapa bonekanya seolah menatapku? Kenapa bonekanya terasa sangat berharga hingga aku ingin memeluknya? Apakah karena dari seseorang yang spesial?”

Huh? Soria kaget dengan pemikirannya. Spesial? Benarkah ia menganggap Rio spesial? Cklek. Tiba-tiba terdengar suara pintu ruang kesehatan dibuka.

Rio: “Eh?”

Ketahuan. Soria tertangkap basah sedang memegangi boneka beruang itu oleh Rio.

Soria: “Huh?”

Rio: “Sedang apa kau disini? Sakit?”

Soria: “Err.. itu.. a-anu..”

Rio: “Atau kau merindukanku?”

Soria: “TIDAK MUNGKIN! KAU INI.. KATANYA IZIN ADA UJIAN, TAPI KENAPA ADA   DISINI???” 

Rio: “Ujiannya sudah selesai, jadi aku kesini. Aku sudah pernah bilang padamu kalau kau boleh mengambil boneka itu.”

Soria: “Sudah kubilang aku tidak mau.”

Soria meletakkan kembali boneka itu di atas lemari.

Rio: “Aishitemasu yo.”

Soria : “Eh?”

Rio: “(tersenyum) Dan akan selalu mencintaimu.”

To Be Continued...

*Hiya-hiyaaa makin sampai ke penghujung cerita nihhh huhuhuuu ntah kenapa kalau mau ending tuh ga rela tapi kalau lanjut terus bikin bosan XD. Dasar Tory~

See you on the next post...
Bye bye~

No comments:

Post a Comment