Monday, July 20, 2020

Game Center Chp. 19


--------------------------------------------------------@Sekolah----------------------------------------------------------------
Rio: “Ohayou.. eh? Mana Steve? Sakit lagi?”

Soria: “Iie, ia harus mengurus beberapa hal ke Jepang.”

Rio: “Wah.. kalau begitu kita bisa pulang bersama hari ini.”

Soria: “Arigatoo, aku sudah meminta Akisa untuk menjemputku hari ini.”

Rio: “Ayolah..”

Soria: “Kalau ku bilang tidak, berarti tidak. Kau ini kenapa sih?”

Rio: “Aku ini sedang berusaha mendapatkan hatimu kembali. Kau ini pura-pura tidak tahu ya?”

Soria: “Sebaiknya kau kembali ke ruang kesehatan daripada menghabiskan waktu dengan percuma di ruang kerjaku.”

Rio: “Ini tidak percuma, Soria.. kau ini..”

GLEGARRR. Dalam hitungan berikutnya hujan turun dengan deras sesuai perkiraan cuaca pada hari ini.

Rio: “Sepertinya kau akan pulang denganku.”

Soria: “Hujan ini tidak akan lama.”

Benar saja, 2 jam kemudian hujan pun reda. Usai semua murid pulang Soria berdiri di dekat gerbang sekolah menunggu kedatangan Akisa yang sudha terlambat 10 menit. Rio menghampiri Soria dengan motornya.

Rio: “Aku bawa motor lho..”

Soria: “Sebentar lagi Akisa akan datang.”

Tiba-tiba handphone Soria berdering, telpon dari Akisa.

Akisa: “Halo, Soria, maaf aku tak bisa menjemputmu saat ini. Motorku mogok. Gomen ne~”

Soria: “Berapa lama? Aku bisa menunggu kok.”

Akisa: “Aku pun tak tahu. Sepertinya akan sangat lama.”

Soria: “Daijobu.. gomen ne sudah merepotkanmu.”

Akisa: “Tidak apa-apa.. ja.. na~”

Soria menghela nafas. Ia terlalu gengsi menerima tawaran Rio. Tidak. Ia hanya takut untuk menyadari bahwa ia masih mencintai Rio. Rio menepuk-bepuk jok motornya sambil tersenyum senang. Dengan terpaksa Soria harus mau di bonceng oleh Rio. Hanya butuh waktu tempuh 30 menit untuk sampai di kediaman Soria.

Soria: “Arigatoo.” 

Rio: “Iie.. seharusnya aku yang bilang begitu. Terima kasih sudah mau pulang bersamaku hari ini.”

Soria: “U-Um..”

Rio: “Ah, bagaimana kalau besok kita jalan-jalan? Aku akan mentraktirmu.”

Soria: “Meskipun besok hari libur nasional aku tak berminat untuk bersantai di luar rumah.

Rio tiba-tiba saja menautkan jari kelingking kirinya dengan jari kelingking Soria dengan paksa sambil tersenyum manis.

Rio: “Janji, besok kita jalan bersama. Aku akan menjemputmu jam sepuluh.”

Soria menyentakkan tangannya dengan kasar. Ia tak menolak, tidak juga mengatakan ya. Ekspresinya terlihat kesal dan ia langsung berjalan masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Rio pergi. Ia tahu ini tindakan yang tidak sopan, tapi egonya benar-benar tinggi seperti bocah. Rio sendiri hanya bisa duduk terdiam di atas motornya. Hal paling menakutkan dalam hubungannya dan Soria adalah, Soria yang selalu memilih diam dan mengambil keputusan sendiri. Keesokan harinya Soria menyadari seseuatu setelah berpakaian super rapi bahkan mengenakan makeup tipis.

Soria: “Eh? Bukannya.. Rio belum tentu akan datang ya?”

TING TONG. Bel rumah Soria dibunyikan oleh seseorang yang tidak lain dan tidak bukan setelah Soria cek adalah Rio. Pria ini benar-benar gigih dalam setiap usahanya.

Rio: “Kau sudah siap? Ayo berangkat sekarang!”

Seperti di hipnotis, Soria tak mengeluarkan sepatah kata pun setelah menutup pintu rumah dan pergi bersama Rio. Ia membiarkan Rio mengajaknya ke game center.

Rio: “Nah.. aku akan mentraktirmu.”

Soria: “Tunggu, kenapa kau menjemputku? Bukankah kemarin aku tak berkata aku setuju?”

Rio: “Bukankah kita sudah membuat janji? Janji sudah seharusnya ditepati. Ayo bermain sepuasnya.”

Rio bermain game terlebih dahulu meninggalkan Soria yang masih mematung di tengah-tengah game center. Ia ingat dengan janjinya pada Rio 5 tahun yang lalu, bahwa ia akan berada di apartemen saat Rio kembali dari Hawaii. Tapi ia tak menepati janji itu. Rasa cemburu terlalu membakar pikiran dan hatinya. Hingga ia lupa dengan segala yang ia cintai. Tanpa sadar air mata mulai mengalir membasahi pipinya. Membuat orang-orang yang ada di game center karena ia mulai terisak-isak. Rio yang melihat kerumunan segera menghampiri.

Rio: “Em.. maaf.. kalian bisa menjauh, ini pacarku. Kenapa? Kau tak suka kesini? Kau sakit?”

Soria hanya menangis tanpa menjawab satupun pertanyaan Rio. Karena merasa tak enak dengan pengunjung lainnya Rio membawa Soria ke taman terdekat dan emngajaknya untuk bicara.
Rio: “Kenapa kau menangis?”

Soria: “Maaf..”

Rio: “Maaf kenapa?”

Soria: “Untuk semua yang kusebabkan dan janji yang tak ku tepati.”

Rio tahu kemana arah pembicaraan ini. Ia hanya tersenyum dan menghapus jejak air mata di pipi Soria.

To Be Continued....
See ya on the next post...
Bye bye~

No comments:

Post a Comment