Sunday, January 21, 2018

Game Center Chp.11




Love.. I found you!
Chapter 11


Riyuka: “Steve?”

Soria: “Dia akan jadi asistenku.”

Riyuka: “Kau mengenalnya dimana? Apa kau yakin dia orang baik-baik?”

Soria: “Ya ampun, dia adalah sepupuku yang sering aku ceritakan padamu dengan sebutan chibi.”

Riyuka: “Maksudmu.. orang  dengan kantung mata hitam karena suka begadang mengerjakan pekerjaan penting di malam hari dan tinggi badannya tak lebih dari seratus tujuh puluh sentimeter?”

Soria: “Tepat sekali.”

Riyuka: “Jadi namanya Steve? Kau sudah menghubunginya?”

Soria: “Di sudah disini sejak seminggu yang lalu.”

Riyuka: “Dia tinggal denganmu?”

Soria: ”Ne. Meskipun terkadang aku juga tertular kebiasaannya begadang. Dia seperti makhluk nokturnal.”

Riyuka: “Sebaiknya kita usahakan beres-beresnya segera. Kau akan sangat sibuk besok.”

Soria: “Haii.”

Keesokan harinya sekolah itu ramai dikunjungi oleh orangtua beserta calon murid di sekolah itu. Para staff dan guru baru di sekolah itu merasa sangat kewalahan karena banyak yang mendaftar.

Soria: “Semuanya berjalan baik, Steve?”

Steve: “Haii, seperti yang aku perkirakan, akan banyak calon siswa dan siswi baru yang mendaftar. Dan jumlah siswa dan siswi sudah aku batasi dan tak akan ada bangku yang kosong.”

Soria:  “Ternyata kau masih bisa bersikap normal meskipun begadang semalaman.”

Steve: ”Aku meminum dua cangkir kopi pagi ini.”

Soria: “Hm.. NANI?! Kau bisa overdosis Steve!”

Steve: “Seandainya saja ada sekolah yang beroperasi di malam hari.”

Soria: “Itu pasti sekolah hantu.”

Steve: “Oh ya, lima hari lagi akan ada pemeriksaan kesehatan untuk anak-anak. Dokter yang memeriksa akan magang disini.”

Soria: “Hm..”

Steve: “Kemungkinan dia aka menginap di ruang kesehatan karena jarak dari tempat tinggalnya cukup jauh. Bisa kan?”

Soria: “Tentu.”

Steve:”Dia magang disini untuk mata kuliah prakteknya.”

Soria: “Jadi dia belum menjadi dokter sungguhan? Belum lulus?”

Steve: “Dari yang ia sampaikan padaku saat mendaftar seharusnya ia sudah lulus tahun lalu. Tapi karena hal lain kuliahnya jadi sedikit terbengkalai. Tapi aku bisa jamin dia adalah orang baik-baik dan profesional.”

Soria: “Baiklah, kuserahkan orang itu padamu.”

Steve: “Selama lima hari kita akan banyak kegiatan. Jadi, bersiaplah menjadi makhluk nokturnal.”

Soria: “Kau kira aku tak bisa menjadi makhluk nokturnal? Akan kubuktikan kalau aku juga bisa!”

Steve: “Ahahahaha”

Soria: “Eh-hm.. sebaiknya kita  mendiskusikan beberapa hal penting di kantorku.”

Mereka pun beranjak dari koridor sekolah menuju ruang kerja Soria. Sementara Rio sibuk mempelajari beberapa buku tentang merawat anak.

Christine: “Kau serius sekali belajarnya.”

Rio: “Dari info yang kudapat anak-anak sangat takut dengan jarum suntik, jadi aku harus mencari cara agar mereka tak takut saat diperiksa nanti.”

Christine: “Kalaupun kau bukan dokter auramu saja sudah membuat orang-orang takut padamu.”

Rio:  “Berhati-hatilah saat bicara Christine. Aku tak punya menu makan malam, bisa saja  kau jadi daging panggang malam ini.”

Christine: “Hah? Aku yakin nanti malam  Rose akan membawakan makanan untukmu.”

Rio: “Nanti malam aku tak ada di rumah. Aku akan   menginap di rumah temanku untuk belajar.”

Christine: “Baiklah Rio..”

Rio: “Hm.”

Christine:”Aku tak bemaksud menggurui, jadi aku minta maaf sebelumnya.”

Rio: “Katakan.”

Christine: “Kenapa kau masih berusaha mencari Soria? Kau sudah mencarinya selama setahun tapi tak ada secercah harapan bahwa Soria bisa ditemukan. Dari yang kulihat sepertinya Rose menyukaimu. Kenapa tak jadian dengannya saja?”

Rio: “Soria.. adalah orang yang sudah membuatku merubah gaya hidupku. Dia yang membuatku semangat kuliah lagi dan ia juga membantuku setiap hari. Meskipun ia tidak ingin ditemukan atau tak ingin berbaikan denganku, aku akan tetap mencarinya dan menjelaskan kesalahpahaman yang lalu. Aku tak berharap lebih dari itu. Lagipula tidak ada yang mengatakan bahwa hubungan kami sudah berakhir. Kalau aku  berkencan dengan gadis lain itu namanya selingkuh.”

Christine sampai tertegun mendengar ucapan Rio. Memang benar Rio menjadi semakin dewasa dan bertanggungjawab semenjak Soria tinggal bersamanya. Biasanya, Rio akan marah-marah saat pemotretan dan tak bisa mengontrol jadwal dengan baik. Ia juga tak memperhatikan asupan gizi meskipun ia calon dokter.

Christine: “Teruskan belajarmu. Aku akan terus membantumu.”

5 hari kemudian di *nama sekolah* School, anak-anak mulai riuh karena akan ada pemeriksaan kesehatan nanti siang. Rio terlebih dahulu bertemu dengan kepala sekolah SD tersebut.

Rio: “Selamat pagi, Tuan Steve.”

Steve: “Selamat pagi,  Tuan Jung. Perjalanan anda kemari menyenangkan?”

Rio: “Ne. Sekolah ini besar sekali ya.”

Steve: “Haii,  arigatoo gozaimasu atas pujiannya. Mari saya antar  Anda untuk melihat ruang kesehatan sekolah ini.”

Rio: “Haii.”

Steve dan Rio  berjalan melewati koridor. Seskali mereka berpapasan dengan guru atau staff sekolah tersebut. Akhirnya mereka tiba di ruang kesehatan sekolah tersebut. Ruangan itu difasilitasi oleh 5 tempat tidur, peralatan medis yang lengkap, toilet, washtavel, obat-obatan umum dan fasilitas lainnya. Ruangan terssebut berwarna putih dan dihias stiker tokoh kartun kesukaan anka-anak.

Steve: “Nah ini ruang kesehatannya.”

Rio: “Sugee..  ini seperti dirumah sakit.”

Steve: “Semoga Anda nyaman bertugas disini.”

Rio: “Tentu.”

Steve: “Selanjutnya akan saya antar untuk menemui Kepala Sekolah dari SD ini.”

Rio: “Haii.”

Mereka berdua menuju ruang kepala sekolah  yang terletak di lantai 3. Rio cukup kagum dengan desain sekolah itu. Mengingatkannya pada Soria.

Steve:  “Kita sampai Tuan Jung.”

Rio:  “Rio desu. Panggil saja Rio.”

Steve: “Baiklah Rio, apa Anda siap bertemu?”

Rio:”Err.. saya sedikit gugup tapi tak apa.”

Steve: “Wakatta.”

TOKK.. TOKK...

Steve: Permisi, apa aku boleh masuk?”

“Dare desuka?”

Steve: “Ini Steve dan dokter Jung!”

Rio P.O.V: “Jadi kepala sekolah dari sekolah ini perempuan dan bisa bahasa Jepang.”

“Chotto matte kudasai.”

Steve: “Haah... pasti dia sedang tidur.”

Rio: “Eh?”
Steve: “Yah, kami  kurang tidur semalam karena mengatur keuangan sekolah dan merencanakan beberapa fasilitas tambahan.”

Rio: “Oh, begitu. Sekolah ini kan baru beberapa hari beroperasi tapi banyak sekali yang mendaftar.”

Steve:”Haii. Hoii, bisakah kau lebih cepat!”

“Sebentar lagi.”

Steve: “Gomennasai, sifatnya agak kekanak-kanakan.”

Rio: “Daijobu. Saya dengar beliau masih muda.”

“Baiklah Steve, masuk!”

CKLEKK. Steve membuka pintu ruangan itu dan masuk diikuti oleh Rio dibelakangnya. Terpampanglah sebuah meja kerja yang penuh dengan berkas-berkas dan kursi yang membelakangi Rio dan Steve. Terdapat kursi dan meja untuk tamu, beberapa rak besar berisi buku-buku dan dokumen. Desain ruangan itu cukup klasik namun terlihat nyaman.

Steve: “Hoii, bersikaplah yang pofesional!”

Rio: “Salam kenal dan mohon kerja samanya.”

Orang yang duduk di kursi tersebut berdiri dan menghadap kearah Steve dan Rio.


“Ohayoo gozaimasu. Watashi wa Soria Chrystabelle Choi desu. Yoroshiku onegaishimasu.. eh..?”

Rio:  “Ohayoo gozaimasu. Watashi wa Rio Jung desu. Yoroshi..ku..one.. huh..”

Suasana diruangan itu mendadak hening untuk sepersekian detik. Jantung Rio maupun Soria seolah berhenti berdetak. Steve juga menyadari perubahan atmosfir tersebut dan 2 objek manusia dihadapannya mendadak jadi patung.

Steve: “Ehm.. dokter Jung, nona ini adalah kepala sekolah di sekolah ini. Dan Soria, ini adalah dokter yang akan mengurus ruang kesehatan di sekolah ini.”

Soria dan Rio masih diam mematung dan saling menatap tanpa suara. Tertegun dengan apa yang terlihat oleh pupil mata mereka. Apakah ini ilusi? Atau salah satu diantara mereka mulai rabun? Pada dasarnya kenyataan itu selalu hadir dihadapan mereka.


Heuuuuu... libur hanya hoax... libur hanya hoax... hahaha ada yang libur? Atau besok ada yang sekolah? Tetap semangat yaa yang besok sekolah... keep fighting... ^_^
Jaa na~

No comments:

Post a Comment