Tuesday, August 22, 2017

Game Center Chp. 6



Rio menyerahkan beberapa lembar uang won pada Akisa yang masih belum bisa mencerna situasi yang ada. Sementara Soria digiring masuk ke dalam mobil  hitam milik Rio yang langsung meninggalkan lokasi dikendarai pemiliknya.

Soria: “Hei, apa-apaan ini? Turunkan aku!”

Rio:  “Aku tidak suka kau pergi dengan orang yang suka ngebut seperti itu!”

Soria: “Aku suka dibawa berkendara dengan kecepatan penuh. Lagipula tokonya akan tutup karena aku terlalu banyak membuang waktu hanya untuk bertengkar denganmu di pagi hari.”

Rio: “Kalau aku bilang tidak suka bagaimana?”

Soria: “Ini semua salahmu! Kau bilang tidak bisa menemaniku ke toko laundry, tapi kau malah membuntutiku sampai ke toko itu.”

CKIIITT. Rio mendadak menghentikan mobilnya di pinggir jembatan yang saat itu tidak terlalu banyak kendaraan yang lewat. Soria mengeratkan pelukannya pada boneka beruang pemberian Rio. 

Rio: “Aku baru akan memberitahumu tadi pagi, tapi kau terus saja marah dan pergi. Berhenti bersikap kekanak-kanakan seperti itu.”

Soria: “A-aku tidak bisa membatalkan janji y-yang sudah aku buat lebih dulu..”

Suara Soria bergetar menahan air mata dan amarah. Ia bahkan memandang keluar jendela mobil. Rio jadi merasa bersalah karena terlalu egois.

Rio: “Kau menangis?”

Soria: “U-Ugh.. aku mau pindah!”

Rio: “Hoi, jangan berpikiran pendek. Aku ingin bertanya satu hal padamu dan harus kau jawab saat ini juga!”

Soria: “Mwoya?”

Rio: “Apa kau suka padaku?”

Soria: “Huh?”  (mengusap air mata)

Rio: “M-Maksudku apakah kau jatuh cinta padaku? Aku mengajukan pertanyaan ini bukan tanpa alasan. Kau.. belakangan ini seolah ingin diperhatikan lebih, iya kan? Kau sering memfotoku diam-diam dan kau juga mencuri nomor telfonku padahal aku belum pernah menghubungimu secara pribadi sampai sekarang.”

Crap. Soria membatu ditempat duduknya dengan mata yang masih sembab dan ekspresi kaget yang kentara. Rasanya Soria ingin keluaar dari mobil dan mlompat dari jembatan tapi syukurlah akal sehatnya masih bersamanya.

Soria: “E-A-Aku..”

Rio: “Aku masih menunggu jawabanmu yang paling JUJUR.”

Soria: “Er..n-ne.”

Rio: “Lihat lawan bicaramu saat ini Soria.”

Soria: “Aniya, aku sudah jawab pertanyaanmu.”

Rio: “Tapi kau belum dengar tanggapanku tentang jawabanmu tadi.”

Soria P.O.V: “Astaga.. kenapa aku jadi terjebak dalam percakapan penuh perangkap iniiiii????”

Soria: “Tidak perlu. Aku sudah tahu jawabannya.”

Rio: “Jeongmal? Memangnya apa?”

Soria: “Jawabanmu adalah ‘tidak’. Kau tahu kan aku ini kekanak-kanakan, manja, dan.. tidak sepintar dirimu. Aku juga tidak terlalu mengenalmu. Aku tak yakin kita bisa mempertahankan hubungan dengan karakter yang sangat berbeda.”

Rio: “Kau.. penjelasanmu panjang dan salah.” (mengacak-acak rambut Soria) 

Soria: “Apanya yang salah?” (berpaling kearah Rio)

Rio: “Kau mau  tahu dimana salahnya?”

Soria: “Ne.”

Rio: “Jawabanku bukan seperti yang kau katakan, bocah. Jawabanku adalah...”

Soria: “Pulang.”

Rio: “Huh?”

Soria: “Aku tak mau mendengar jawabanmu. Aku mau pulang!”

Rio: “Aku tak mau menjalankan mobilnya.”

Soria: “Kalau begitu kenapa kau menculikku? Aku tidak pernah protes ketika kau jalan dengan teman-teman perempuanmu. Kau ini benar-benar aneh dan semaunya.”

Rio: “Karena laki-laki yang boleh kau cintai di dunia ini selain ayahmu.. hanya AKU seorang.” (menatap Soria lekat-lekat dengan ekspresi serius)

Soria: “M-Mwoya?”

Rio: “Hanya aku, laki-laki yang boleh jadi pacarmu.”

Rio memperbaiki posisi duduknya dan menjalankan mobilnya. Hening. Tak satupun dari mereka yang bicara. Masing-masing telah larut dalam pikiran. Berusaha mencerna apa yang terjadi sebelum mobil yang mereka tumpangi ini berjalan.  Di satu sisi mereka merasa lega karena sudah tahu perasaan masing-masing tapi di sisi lain mereka  jadi tidak tahu harus berbuat apa setelahnya. Rio jadi kesal dengan kesunyian panjang yang membentengi mereka dan akhirnya buka suara.

Rio: “Apa yang mau kau lakukan dirumah?”

Soria: “Aku mau makan. Bertengkar membuatku lapar.”

Rio: “Kau bisa masak apa?”

Soria: “Apa saja asal ada resepnya.”

Rio: “Hm.. boleh aku minta dimasakkan sesuatu?”

Soria: “Tentu.”

Sepanjang perjalanan menuju apartemen mereka terus bercerita. Seolah lupa kejadian sakral di pinggir jembatan tadi. Sesampainya di dalam apartemen, Soria dan Rio langsung menuju dapur. 

Rio: “Biar aku bantu.”

Soria: “Eh? Tidak usah, biar aku saja. Kau mau dimasakkan apa?”

Rio: “Aku suka nasi goreng bayam. Bisakah kau memasakkannya untukku?”

Soria: “Emh.. kebetulan masih ada bayam di kulkas. Tentu bisa aku buatkan.”

Rio: “Baiklah aku akan menontonmu dari meja makan.”

Soria: “Haii.”

Soria mulai memasak dengan telaten. Tidak lupa ia juga menyiapkan kimchi kesukaan Rio. Sementara Rio hanya  bisa menelan salivanya begitu melihat makanan kesukaannya tertata rapi di atas meja makan beberapa saat kemudian.

Rio: “Boleh aku makan?”

Soria: “Tentu saja.”

Rio: “Dengan deklarasi di pinggir jembatan itu.. kita resmi pacaran kan?”

Soria: “Uhuk uhuk..”

Soria tersedak nasi goreng bayam buatannya karena mendengar ucapan Rio yang tanpa basa-basi. Mengingat kejadian di pinggir jembatan itu saja sudah membuat wajah Soria seperti kepiting rebus namun ia berusaha tenang setelah minum beberapa teguk air yang diberikan oleh Rio.

Rio: “Gomennasai, kau baik-baik saja?”

Soria: “Haii..”

Hening kembali menyelimuti mereka berdua. Hanya ada suara dentingan antar peralatan makan. Soria sudah bertekad dalam hati dan tidak akan menyesalinya.

Soria: “Haii. Kita resmi pacaran.”

Rio: “Uhuk uhuk..”

Soria: “Hahaha.. kenapa sekarang kau yang tersedak?” (menyodorkan air untuk Rio)

Rio: “Uhuk.. astaga harusnya kau uhuk.. bilang dari tadi...” (meminum air)

Malam ini mereka akan tidur nyenyak di kamar masing-masing. Atau mungkin tidak karena Rio tak henti-hentinya tersenyum sendiri sambil mengerjakan tugas kuliah dan Soria belajar di kamarnya sambil memeluk boneka beruang yang sudah di laundry.

Soria: “Oyasuminasai~” (berbisik pada bonekanya)

Rio: “Oyasuminasai~” (berbisik pada tembok yang memisahkan kamar)


*sedikit curhat nih haha bukan curhat juga sih tapi kayak meluapkan kesenangan karena makin kesini Katsugeki Touken Ranbu dan Boku No Hero Academia S2 makin bikin greget... apalagi katsugeki aduuuhhh meleleh dah lihat mikazuki yang tampilannya cantik bangeeettt!!! Whaoww betapa Bara-nya Mitsutada sama Ookurikara di episode terbarunya... hm.. hm.. hm...



*Our Game*

No comments:

Post a Comment