Thursday, April 18, 2019

Game Center Chp. 14


Eyyoo Minna-san Tory balik lagiii maaf tidak dapat menepati waktu karena data storynya ternyata ada di laptop lama huhuhu... enjoy chapter terbarunyaaa

 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 PREVIEW
 
Rio: “Tak apa. Berdiri di sisimu ini saja sudah cukup kok. Biar ku beritahu satu hal, kejadian di masa lalu itu hanya salah paham.”

Soria” Aku tidak-“

Rio: “DENGARKAN AKU SEBENTAR!”

Soria lantas menatap Rio yang lebih tinggi darinya 18cm. Baru kali ini Rio membentaknya seperti itu dan karena egonya, Soria tidak terima dan balas menatap Rio dengan sengit. Menyadari perubahan emosi Soria, Rio melembutkan pandangannya dan menurunkan volume suaranya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rio: “Maaf sudah membentakmu seperti itu. Aku bukannya tak menghormatimu sebagai seseorang yang jabatannya lebih tinggi dariku tapi aku ingin kau memberikan kesempatan untuk mendengarkanku dulu. Foto-foto itu Christine yang mempostingnya dengan akun media sosialku. Saat itu Christine hanya tahu kalau kau adalah ‘adikku’. Ia meminta maaf atas kejadian itu dan aku juga meminta maaf atas kelakuanku. Maaf karena semuanya kita jadi seperti ini.”

Soria: “...”

Rio: “Jika tak bisa mengatakannya sekarang, katakan saja saat kau sudah siap.”

Soria mengalihkan pandangannya ke arah hujan. Ini mengingatkannya saat ia mengambil boneka beruang pemberian Rio ke kos lamanya. Tiba-tiba Rio melepaskan jaketnya dan menutupi kepala Soria.

Soria: “Hei, apa yang kau lakukan?”

Rio: “Kau tak mau ada di sini lebih lama lagi kan? Jadi, kita akan menerobos hujan menuju halte terdekat.”

Rio menggandeng tangan kanan Soria dan berlari menerobos hujan deras. Soria bisa merasakan tangan Rio yang semakin dingin karena terken hujan. Sesampainya di halte Rio benar-benar basah kuyup seperti sengaja disiram.

Soria: “Baka.”
                                                   
Rio: “Hm?”

Soria: “Nani?”

Rio: “Syukurlah kau tak terkena hujan. Kalau kau sakit siapa yang akan mengurus sekolah? Kemarikan jaketku, biar aku bawa pulang.”

Soria: “Kau sendiri malah basah kuyup.”

Rio: “Oh, kau peduli padaku? Calon dokter sepertiku tak akan sakit hanya terkena hujan.”

Soria: “S-Siapa bilang aku peduli padamu?”

Rio: “Hm...”

Ketika bis tiba mereka buru-buru menaikinya. Karena suatu alasan yang tak bisa dijelaskan bahkan oleh Soria sendiri, ia memilih duduk di kursi paling depan sementara Rio hanya berdiri. Ia khawatir membuat basah kursi bis.  15 menit perjalanan bis berhenti di halte berikutnya. Soria dan dua penumpang lainnya turun dari bis. Setidaknya Rio punya secercah harapan bahwa Soria tinggal di daerah yang tak jauh dari sekolah. 

Setibanya di apartemen Rio melihat sosok model cantik yang sangat ia kenal yaitu Rose tengah bersandar pada pintu apartemennya sambil menenteng plastik yang kelihatannya berisi makanan.

Rose: “Kau basah kuyup. Kau tak bawa kendaraan?”

Rio: “Tidak, mobilku masih di servis. Kau sudah lama berada di sini?”

Rose: “Tidak, aku baru saja sampai beberapa menit yang lalu.”

Rio: “Rose..”

Rose: “Hm?”

Rio: “Kita ini hanya sekedar teman kan?”

Rose: “Eh?”

Rio: “Waeyo?”

Rose: “T-Tidak, ehm.. kita memang teman sekaligus rekan kerja kan? Apalagi? Hehe..”

Rio: “Mianhae.”

Rose: “Untuk apa kau meminta maaf? Tak ada yang salah disini. Oh, ini sudah kubuatkan makanan kesukaanmu. Aku pulang dulu ya. Anyeong.”

Rose pergi dari apartemen Rio dengan cairan bening mengalir dari mata menuruni pipinya. Ia sadar kalau hubungan mereka tak lebih dari sekedar teman, tapi jauh di lubuk hati Rose, ia ingin sekali menjadi seseorang yang spesial untuk Rio. keesokan harinya Rio mulai bersin-bersin. Ia terkena flu.

Rio: “Hattchoo.. haah..”

Teacher 2: “Anda terkena flu dokter Jung?”

Rio: “Ne. Hattchoo.. padahal hanya terkena sedikit hujan kemarin.”

Teacher 2: “Steve-ssi juga belum masuk hari ini. Jagalah kesehatan atau anda bisa mnularkan flu anda pada orang lain.”

Rio: “Yah.. aku akan istirahat sebentar. Terima kasih atas sarannya.”

Teacher 2: “Cheonmaneyo.”

Rio sampai di ruang kerjanya. Diambilnya sebuah termometer di laci meja dan menaruhnya di ketiak kiri sebentar. Dilihatnya angka di termometer itu dan benar saja ia terkena demam. Rio memutuskan untuk berbaring sejenak di kasur UKS. Detik berikutya ia telah tertidur. Tanpa ia sadari seseorang memperhatikannya dari celah pintu UKS yang sedikit terbuka. Orang itu memasuki ruang UKS dan menyiapkan baskom berisi air hangat  dan handuk untuk mengompres calon dokter itu. Tak lupa setelah mengompres kepala Rio orang yang diketahui bernama Soria itu menaruh obat penurun demam dan air putih di meja dekat kasur.

Soria: “Anggap saja ini hanya balas budi. Kau juga pernah merawatku saat aku demam, kan? Jangan lupa minum obatnya dan maaf untuk yang kemarin. Terima kasih juga.”

Soria keluar dari ruang UKS. Ia berjalan pelan menyususri koridor sekolah yang rapi dan bersih. Ia masih harus bekerja memeriksa kelengkapan dokumen serta melengkapi fasilitas olahraga yang belum lengkap karena pihak perlombaan tak memfasilitasi kelengkapan alat. Siang harinya Rio terbangun dalam keadaan lumayan baik dan cukup berkeringat.

Rio: “Ada yang merawatku? Apakah murid sekolah ini?”

DING DONG~. Terdengar bel pengumuman berbunyi dan meminta para staff dan guru-guru agar berkumpul di ruang rapat. Soria tak tahu apa rapat ini akan disambut baik atau tidak karena yng memimpin setiap rapat biasanya adalah Steve namun orang yang diharapkan sedang sakit sekarang.

Soria: “Kamshabnida untuk para staff sekolah dan guru-guru yang berkenan hadir dalam rapat kali ini. Saya akan langsung ke inti. Begini, sekolah kita kekurangan beberapa failitas olahraga dan hanya tujuh pohon Sakura yang baru ditanam di sini. Seharusnya kita menanam sebelas pohon. Jadi, saya membutuhkan saran dan partisipasi anda sekalian. Seperti yang kita ketahui bersama kalau sekolah ini masih berstatus swasta.”

Staff 1: “Bagaimana jika mengirim proposal?”

Staff 2: “Kemarin saya sudah mengirim beberapa tapi sampai sekarang belum ada jawaban.”

Teacher 1: “Bagaimana kalau meminta sumbangan orangtua siswa?”

Soria: “Kita jangan membebani orangtua mereka lagi. Sekalipun ini untuk anak mereka tapi tetap saja menurutku akan terlihat tidak baik.”

Rio:”Hanya itu saja?”

Soria: “Ne. Waeyo?”

Rio: “Boleh saya menyampaikan pendapat?”

Soria: “Silahkan.”

Rio: “Kamsahabnida. Saya punya cukup dana utnuk kedua masalah itu, bagaimana jika hari sabtu kita adakan kegiatan bersama para siswa untuk menanam pohon Sakura? Saya tahu toko yang menjual pohon Sakura dengan harga terjangkau namun berkualitas. Untuk peralatan olahraga tidak mungkin saya membeli semuanya sendiri. Maksudnya saya hanya tahu beberapa toko yang menjual peralatan olahraga.”

Teacher 3: “Saya bisa bantu mencari juga.”

Rio: “Hatschoo.. baiklah, apakah anda setuju?”

Soria: “Ide yang bagus. Saya setuju.”

Rio: “Bisakah saya lihat daftar proposalnya?”

Staff 2: “Tentu. Kana saya antarkan ke UKS secepatnya.”

Rio: “Kamsahabnida seongsaenim. Itu saja dari saya, terima kasih.”

Soria: “Apakah ada lagi yang ingin menyampaikan pendapatnya?”

Teacher 2: “Sepertinya tidak ada.”

Soria: “Baiklah sepertinya kita sudah menemukan solusi untuk masalah yang kita bahas. Terima kasih untuk rapat kali ini dan mohon kerja samanya.”

Semua staff dan guru-guru sudah meninggalkan ruang rapat namun Rio sepertinya masih betah berdiam diri di ruangan itu.

Soria: “Mwoya?”

Rio: “Karena aku sedang sakit tak mungkin pergi sendirian, kan?”

Soria: “Maksudmu?”

Rio: “Kau akan pergi denganku, bukan?”

Soria: “Huh?”

Rio: “Anggap saja kau membalas budi untuk yang kemarin.”

Soria: “Dasar licik!”

            Soria tak akan pernah punya keberanian untuk mengatakan bahwa ia sudah membalas budi dengan merawat Rio di ruang UKS. 

TO BE CONTINUED~

Segitu dulu yaa untuk mengobati kangen kalian terhadap story ini Tory usahakan akan lebih baik lagi ehehe~ Bye bye

No comments:

Post a Comment