Tuesday, July 11, 2017

Game Center Chp.3



Yakkk... ini dia chapter ke-3. okke, Tory nggak akan basa-basi sampai basi karena kondisi Tory yang mendadak drop... happy reading

Mereka saling melempar pandangan satu sama lain. 1 detik.. 2 detik.. 3 detik...

Rio: “JADI KAU PEMILIK SEMUA SAMPAH-SAMPAH INI?”

Soria: “INI BUKAN SAMPAH!”

Rio: “Aigo, kenapa aku bisa-bisanya tinggal satu apartemen dengan bocah sepertimu?” (meletakkan kardus di lantai)

Soria: “Aku bukan bocah!”

Rio: “Bereskan semua barang-barangmu ini! Membuat berantakan saja. Begitu aku kembali semuanya harus beres.”

Soria: “Memangnya Oppa mau kemana?”

Rio: “Bekerja.” (bergegas menuju pintu sambil menenteng tas)

BLAM. Rio menghilang dari ruang tengah apartemen. Soria menghela nafas dan mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan. Apartemen yang ia tempati ini cukup luas, ada 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu dan ruang keluarga.

Soria: “Baikklah, ayo bekerja keras Soria!”

Soria mulai memindahkan kardus-kardus ke kamarnya dan menata isinya dengan rapi di setip sudut kamar sesuai seleranya. Ia menggeser kasur berukuran single size ke tengah-tengah kamar dan memasang tirai yang menjuntai seperti kanopi di langit-langit kamar berwarna baby blue dan royal blue. Ia suka hal-hal yang bergaya Eropa dan vintage. Saking banyaknya barang yang ia bawa hingga Rio pulang pun beberapa kardus masih berserakan di ruang tengah. Soria suka membaca buku dan 3 kardus yang ia bawa isinya adalah buku.

Rio: “Hei, bocah, kenapa belum selesai juga?”
 
Soria: “Eh? Mianhae, barang-barangku ternyata sangat banyak hehehe..”

Rio merasa apartemen itu menjadi sempit namun lebih berwarna dari sebelumnya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam namun tak ada tanda-tanda Rio akan membantu Soria.

Rio: “Kamar mandiku di sebelah kiri dan kau di sebelah kanan. Selama kita tinggal dalam satu tempat yang sama aku tak ingin di repotkan olehmu.”

Soria: “Tenang saja, aku tak akan merepotkan Oppa.”

30 menit kemudian ritual beres-beres Soria telah selesai dan ia bergegas mandi. Kamar mandinya sesuai standar orang Korea pada umumnya. Usai mandi, Soria pergi ke dapur untuk membuat makanan.

Soria: “Oppa, kau sudah makan malam?”

Rio   : “Ne.” (sambil membaca buku)

Soria: “Hm.. souka..”                       

Soria melanjutkan kegiatan memasaknya. Usai makan ia duduk di tepi kasurnya, berniat menelefon Riyuka. Tiba-tiba ia teringat sesuatu...

Soria: “Boneka ku!”

Soria memeriksa kolong kasurnya, lemari, kamar mandi, kardus-kardus bahkan tempat sampah tak luput dari pemeriksaannya tapi hasilnya nihil. Rio mengacuhkan semua kelakuan gadis itu yang tak henti mondar-mandir dan berisik di hari pertama kepindahannya. Hari mulai hujan dan jam sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Soria berasumsi kalau boneka itu tertinggal di kost lamanya.

Soria: “Jangan-jangan.. masih di kost? Aigoo”

Rio: “Kau ini kenapa sih? Sejak tadi membuat suara berisik, aku tidak bisa konsentrasi membaca buku.”

Soria: “Oppa, aku mau pergi dulu dan akan pulang malam. Tolong jangan kunci pintunya!” (sambil memakai mantel)

Rio: “Hei, kau mau kemana bocah?”

Soria: “Aku akan pergi ke kost. Bonekaku tertinggal.”

Rio: “Di luar sepertinya hujan.”

Soria: “Aku akan naik taksi atau bus menuju kesana. Ingat, jangan kunci pintunya!”

BLAM. Soria sudah pergi dan Rio tetap tak bergeming dari acara membacanya. Ia terbiasa tidur larut malam tanpa suatu kepentingan. Tak terasa sudah 1 jam Soria pergi dan belum kembali. Seharusnya jika boneka itu ada di kost maka ia sudah kembali saat ini. Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Rio sudah meminum kopi kalengnya yang ke-2 dan televisi yang ia nyalakan 5 menit yang lalu menyiarkan berita terkini bahwa diluar sedang terjadi badai dan masyarakat dihimbau tidak bepergian jauh. Rio sedikit kaget, apakah ia harus menjemput Soria? Hei, Rio itu orang yang super cuek terhadap orang yang baru dikenal. Tapi jika ia tak mencari tahu keadaan bocah itu maka ia bisa masuk breaking news karena menelantarkan teman satu apartemen.

Rio:”Ck..”

Rio sudah mengenakan mantelnya dan membawa kunci mobil. Saat membuka pintu, sesosok makhluk yang gemetaran, kulitnya pucat dan basah kuyup sambil memeluk boneka beruang baby blue besar yang ikut basah kuyup. Rio bukan orang yang penakut soal hantu. Rio menariknya masuk dan meletakkan handuk di kepalanya seraya mengambil boneka baby blue dari pelukan sosok yang notabene adalah Soria.  Rio membawa boneka itu ke kamar mandi dan meletakkannya di keranjang baju kotor.                            

Rio: “Mandilah lagi dan cepat keringkan dirimu. Kau membuat apartemenku kotor.” 

Ya, dia adalah Soria. Gadis itu berjalan gontai menuju kamar mandi sambil membawa bonekanya. Rio? Jangan ditanya, ia sudah duduk manis di depan TV kesayangannya. Soria sudah selesai mandi dan berniat untuk tidur namun tenggorokannya terasa kering dan panas. Tengah malam, Soria mengigau tak karuan. Demam. Rio yang mendengar igauan rekan seatapnya itu jadi tak bisa tidur. Ia pun masuk ke kamar Soria dengan membawa baskom berisi air hangat dan handuk.

Rio: “Jangan harap aku akan baik hati seperti ini padamu dua kali. Kau berhutang budi padaku, bocah.”

Rio yang notabene adalah mahasiswa kedokteran mulai mengompres Soria dan meminumkan obat  penurun demam. Caranya? Caranya cukup ekstrim dengan menggerakkan kepala Soria ke kiri dan ke kanan pokoknya sampai Soria yang setengah sadar menelan obatnya dan Rio bisa melanjutkan tidur dengan damai. Keesokan paginya...

Rio: “Aku jadi terlambat kerja gara-gara kau!” (sambil memasang mantel)

Soria: “Aku kan sudah minta maaf! Ini bekal untukmu.”

Soria menyodorkan sebuah kotak bekal pada Rio. Rio mengambil kotak bekal tersebut, membukanya, dan membuangnya ke tempat sampah. Soria sedikit kaget. Sudah sejak subuh mereka bertengkar dan tak kunjung selesai.

To Be Continue~


No comments:

Post a Comment