Tuesday, July 25, 2017

Game Center Chp.5



Keesokan paginya apartemen itu sudah kehilangan salah satu penghuninya. Sarapan untuk seorang penguni lainnya sudah tersaji di atas meja makan.

Rio: “Lagi-lagi sudah dibuatkan sarapan.”

Rio memakan sarapan paginya berupa 2 omelet berbentuk kotak ditambah kimchi dan sosis. Tidak buruk juga tinggal dengan orang yang baru dikenal. Rio membuka hp nya dan melihat kontak bertuliskan ‘calon tetangga’. Ia tersenyum saat pesan masuk dengan nama pengirim yang baru saja kontaknya ia lihat.

‘Kau sudah sarapan? Jangan sampai ada yang tertinggal. Jangan lupa mengunci pintu. Hati-hati di jalan!’ –Soria-

‘Tentu sudah. Masakanmu lumayan. Ne, doakan aku..’ -Rio-

‘Selalu.’-Soria-

Entah hanya perasaan Rio saja, atau memang belakangan ini Soria selalu berusaha mencari perhatiannya. Ia jadi rajin mengabari Rio setiap saat dan terkadang membuat Rio agak jenuh. Seminggu sudah mereka jadi teman satu apartemen dan jadi semakin akrab.

-------skip time-------

Soria sedang membereskan pakaian sedangkan Rio sedang berkutat dengan laptopnya di kursi depan TV.

Soria: “Laundry bonekaku akan selesai besok. Bisakah kau menemaniku kesana?”

Rio: “Mian, jika pagi hari aku tidak bisa.”

Soria: “Tidak terlalu pagi, sekitar jam sembilan.”

Rio: “Aku tidak bisa. Kenapa tidak siang hari saja?”

Soria: “Tokonya akan tutup jam sebelas. Lagipula besok libur. Hari sabtu.”

Rio: “Tak ada libur untukku, Soria.”

Soria: “Baiklah, aku akan berangkat dengan Akisa saja.”

Rio: “Siapa itu Akisa?”

Soria: “Teman di sekolah. Lagipula rumahnya tak-“

Rio: “Aniyaa! Aku tidak mengizinkan.”

Soria:”Eh? Waeyo?”

Rio: “Kau hanya boleh pergi dengan orang yang aku kenal.”

Soria: “Mwoya? Apa urusannya denganmu? Cukup! Akhir-akhir ini kau sudah sperti kakakku saja. Aku bukan adikmu. Jangan bicara padaku!”

Soria segera pergi dari ruang tamu. Ngambek. Itulah sikap yang akan ditunjukkan Soria jika ia bertengkar dengan Rio. Rio juga tak mengerti kenapa ia sangat protektif pada Soria beberapa hari ini. Keesokan harinya Soria siap berangkat setelah menyelesaikan pekerjaan di apartemen.

Rio: “Hei, kau mau kemana?”

Soria: “Tentu saja pergi.”

Rio: “Kemana?”

Soria: “Pernikahan.”

Rio: “Oh ya? Siapa yang menikah?”

Soria: “AKU!”

Rio: “Hmph.. dengan siapa?” (menahan tawa)

Soria: “Tentu dengan calon suamiku. Jangan bertanya lagi. Aku masih marah.”

Soria melewati Rio yang duduk di depan TV menonton berita pagi. Rio terkekeh kecil. Ia menarik tangan Soria untuk duduk disampingnya.

Rio: “Bagaimana kalau aku belikan coklat?”

Soria: “Mudah mencair. Aku tak suka.”

Rio: “Kue?”

Soria: “Ani! Sudahlah, kau membuang-buang waktuku. Akisa sudah lama menunggu dibawah.” (beranjak dari tempat duduk menuju pintu)

BLAM. Soria menutup pintu dengan cukup keras. Rio jadi semakin penasaran dengan orang bernama Akisa itu. Kemana mereka akan pergi? Berapa lama? Pulang jam berapa? Yah, meskipun marah Soria tetap membuatkan sarapan untuknya. Karena penasaran, Rio memutuskan untuk membuntuti Soria dan temannya.

Soria: “Gomennasai membuatmu menunggu lama.”

Akisa: “Daijobu, ano.. bisakah kau menemaniku ke toko buku sebentar?”

Soria: “Tentu saja.”

Soria memasang helm dan duduk di belakang Akisa. Akisa adalah teman Soria yang merupakan orang Jepang asli. Berwatak ceria dan cenderung cerewet. Wajahnya manis dengan tahi lalat di dagu sebelah kiri.

Akisa: “Pegangan ya!”

Soria: “Haii~”

Mereka berboncengan naik motor. Sementara Rio mengendarai mobil membuntuti dua teman akrab itu dari belakang.

Akisa: “Kita sudah sampai di toko buku. Kau mau membeli buku juga?”

Soria: “Iie.”

Akisa dan Soria memasuki toko buku tersebut dan aksi mereka sukses membuat perempatan di  dahi Rio terbentuk absurd.

Rio: “Awas kau Akisa-kun. Jadi ini acara kencan rupanya.”

19 menit kemudian Soria dan Akisa keluar dari toko buku. Dari yang Rio lihat Akisa membawa 2 kantung plastik buku.

Akisa: “Selanjutnya toko laundry. Hanya tersisa waktu lima belas menit sebelum toko itu tutup, sementara jarak dari sini ke toko laundry sekitar dua puluh lima menit. Baiklah, Soria pegangan kuat-kuat! Kita akan ngebut!”

Soria: “Yeayy!”

Soria lantas menautkan jarinya melingkari pinggang Akisa dan lagi-lagi sukses menambah perempatan di dahi Rio. Mereka sama-sama ngebut di jalan dan akhirnya sampai di toko laundry kurang dari 2 menit sebelum toko tersebut tutup.

Soria: “Fiuh.. masih keburu.”

Soria dan Akisa bergegas memasuki toko laundry. Tak lama kemudian mereka keluar dengan Soria yang memeluk boneka beruang besar yang terbungkus plastik bening sambil tersenyum ke arah Akisa. Pita kesabaran imajiner Rio mendadak putus saat Akisa merangkul Soria dengan akrab. Rio segera menghampiri kedua orang yang sedari tadi ia buntuti.

Rio: “Soria! Pulang sekarang! Jangan khawatir, aku adalah kakaknya Soria. Ini uang pengganti bensinmu!”

To Be Continue...
 
Okayyyy! Pendek banget ya chapter kali ini? Tenang, dari terawangan Tory kayaknya ini bakal jadi lebih berepisode-episode, eh- berchapter-chapter maksudnya muehehehe :3 Jaa na~ \^_^/ 

No comments:

Post a Comment