Keesokan
paginya apartemen itu sudah kehilangan salah satu penghuninya. Sarapan untuk seorang
penguni lainnya sudah tersaji di atas meja makan.
Rio: “Lagi-lagi sudah dibuatkan sarapan.”
Rio memakan
sarapan paginya berupa 2 omelet berbentuk kotak ditambah kimchi dan sosis.
Tidak buruk juga tinggal dengan orang yang baru dikenal. Rio membuka hp nya dan
melihat kontak bertuliskan ‘calon tetangga’. Ia tersenyum saat pesan masuk
dengan nama pengirim yang baru saja kontaknya ia lihat.
‘Kau sudah
sarapan? Jangan sampai ada yang tertinggal. Jangan lupa mengunci pintu.
Hati-hati di jalan!’ –Soria-
‘Tentu sudah. Masakanmu
lumayan. Ne, doakan aku..’ -Rio-
‘Selalu.’-Soria-
Entah hanya
perasaan Rio saja, atau memang belakangan ini Soria selalu berusaha mencari
perhatiannya. Ia jadi rajin mengabari Rio setiap saat dan terkadang membuat Rio
agak jenuh. Seminggu sudah mereka jadi teman satu apartemen dan jadi semakin
akrab.
-------skip
time-------
Soria sedang
membereskan pakaian sedangkan Rio sedang berkutat dengan laptopnya di kursi
depan TV.
Soria: “Laundry bonekaku akan selesai besok. Bisakah kau
menemaniku kesana?”
Rio: “Mian, jika pagi hari aku tidak bisa.”
Soria: “Tidak terlalu pagi, sekitar jam sembilan.”
Rio: “Aku tidak bisa. Kenapa tidak siang hari saja?”
Soria: “Tokonya akan tutup jam sebelas. Lagipula besok
libur. Hari sabtu.”
Rio: “Tak ada libur untukku, Soria.”
Soria: “Baiklah, aku akan berangkat dengan Akisa saja.”
Rio: “Siapa itu Akisa?”
Soria: “Teman di sekolah. Lagipula rumahnya tak-“
Rio: “Aniyaa! Aku tidak mengizinkan.”
Soria:”Eh? Waeyo?”
Rio: “Kau hanya boleh pergi dengan orang yang aku kenal.”
Soria: “Mwoya?
Apa urusannya denganmu? Cukup! Akhir-akhir ini kau sudah sperti kakakku saja.
Aku bukan adikmu. Jangan bicara padaku!”
Soria segera
pergi dari ruang tamu. Ngambek. Itulah sikap yang akan ditunjukkan Soria jika
ia bertengkar dengan Rio. Rio juga tak mengerti kenapa ia sangat protektif pada
Soria beberapa hari ini. Keesokan harinya Soria siap berangkat setelah
menyelesaikan pekerjaan di apartemen.
Rio: “Hei, kau mau kemana?”
Soria: “Tentu saja pergi.”
Rio: “Kemana?”
Soria: “Pernikahan.”
Rio: “Oh ya? Siapa yang menikah?”
Soria: “AKU!”
Rio: “Hmph.. dengan siapa?” (menahan tawa)
Soria: “Tentu dengan calon suamiku. Jangan bertanya lagi.
Aku masih marah.”
Soria melewati
Rio yang duduk di depan TV menonton berita pagi. Rio terkekeh kecil. Ia menarik
tangan Soria untuk duduk disampingnya.
Rio: “Bagaimana kalau aku belikan coklat?”
Soria: “Mudah mencair. Aku tak suka.”
Rio: “Kue?”
Soria: “Ani!
Sudahlah, kau membuang-buang waktuku. Akisa sudah lama menunggu dibawah.”
(beranjak dari tempat duduk menuju pintu)
BLAM. Soria
menutup pintu dengan cukup keras. Rio jadi semakin penasaran dengan orang
bernama Akisa itu. Kemana mereka akan pergi? Berapa lama? Pulang jam berapa?
Yah, meskipun marah Soria tetap membuatkan sarapan untuknya. Karena penasaran,
Rio memutuskan untuk membuntuti Soria dan temannya.
Soria: “Gomennasai membuatmu menunggu lama.”
Akisa: “Daijobu, ano.. bisakah kau menemaniku ke toko buku
sebentar?”
Soria: “Tentu saja.”
Soria memasang
helm dan duduk di belakang Akisa. Akisa adalah teman Soria yang merupakan orang
Jepang asli. Berwatak ceria dan cenderung cerewet. Wajahnya manis dengan tahi
lalat di dagu sebelah kiri.
Akisa: “Pegangan ya!”
Soria: “Haii~”
Mereka
berboncengan naik motor. Sementara Rio mengendarai mobil membuntuti dua teman
akrab itu dari belakang.
Akisa: “Kita sudah sampai di toko buku. Kau mau membeli buku
juga?”
Soria: “Iie.”
Akisa dan
Soria memasuki toko buku tersebut dan aksi mereka sukses membuat perempatan
di dahi Rio terbentuk absurd.
Rio: “Awas kau Akisa-kun. Jadi ini acara kencan rupanya.”
19 menit
kemudian Soria dan Akisa keluar dari toko buku. Dari yang Rio lihat Akisa
membawa 2 kantung plastik buku.
Akisa: “Selanjutnya toko laundry. Hanya tersisa waktu lima belas menit
sebelum toko itu tutup, sementara jarak dari sini ke toko laundry sekitar dua
puluh lima menit. Baiklah, Soria pegangan kuat-kuat! Kita akan ngebut!”
Soria: “Yeayy!”
Soria lantas
menautkan jarinya melingkari pinggang Akisa dan lagi-lagi sukses menambah
perempatan di dahi Rio. Mereka sama-sama ngebut di jalan dan akhirnya sampai di
toko laundry kurang dari 2 menit sebelum toko tersebut tutup.
Soria: “Fiuh.. masih keburu.”
Soria dan
Akisa bergegas memasuki toko laundry. Tak lama kemudian mereka keluar dengan
Soria yang memeluk boneka beruang besar yang terbungkus plastik bening sambil
tersenyum ke arah Akisa. Pita kesabaran imajiner Rio mendadak putus saat Akisa
merangkul Soria dengan akrab. Rio segera menghampiri kedua orang yang sedari
tadi ia buntuti.
Rio: “Soria! Pulang sekarang! Jangan khawatir, aku adalah kakaknya
Soria. Ini uang pengganti bensinmu!”
To Be Continue...
Okayyyy! Pendek banget ya chapter kali ini? Tenang, dari terawangan Tory kayaknya ini bakal jadi lebih berepisode-episode, eh- berchapter-chapter maksudnya muehehehe :3 Jaa na~ \^_^/
No comments:
Post a Comment