Rio: “Kata
Christine, kau bilang tak ada yang salah dalam hal ini, jadi kau tak perlu
khawatir.”
Soria:
“Kenapa kau tak kencan dengan wanita lain?”
Rio: “Karena.. jika aku kencan
dengan wanita lain, artinya aku selingkuh darimu. Aku tak mau hal seperti itu
terjadi.”
Soria:
“Maksudmu.. kita belum putus?”
Rio: “Bukankah sejak lima tahun yang
lalu tak ada diantara kita yang mengatakan bahwa kita putus, kan?”
Soria:
“A-Apa benar, kau terus mencariku?”
Rio: “Hm..
aku terus mencarimu.”
Soria:
“Apakah masih sama?”
Rio: “Sejak
lima tahun yang lalu hingga sekarang aku masih mencintaimu.”
DEG. Rasanya jantung Soria ingin
melompat keluar. Soria hanya bisa menundukkan wajahnya yang memerah. Ia terlalu
takut untuk sekedar menatap wajah Rio saat ini. Rio menggenggam lembut tangan
Soria, seolah tangan itu akan hancur jika disentuh dengan kasar. Rio
menyenderkan kepalanya di bahu kanan Soria. Saat ini mungkin orang lain bisa
dengan mudah bisa mendengar suara degup jantung Soria tanpa speaker.
Rio:
“Sebentar saja.. seperti ini sebentar saja..”
1 jam lamanya mereka berdiam dalam
posisi seperti itu dengan Rio yang tidur dengan sangat tenang. Bahu Soria sudah
mencapai limitnya, ia mendorong Rio sekuat tenaga sembari mengguncang-guncang
pria itu agar segera bangun.
Rio: “Eh..
aku ketiduran ya? Gomen ne.”
Soria:
“Daijobu.”
Rio:
“Apakah ada tempat lain yang ingin kau kunjungi?”
Soria:
“Seingatku hari ini akan ada acara melarutkan lampion bunga di sungai. Aku
ingin ke sana.”
Rio:
“Baiklah.. kita akan kesana. Tapi sebelumnya, harus kita apakan koin-koin ini?”
Rio dan Soria menatap horror koin game yang sangat banyak, masuk
kesana dan bermain lagi merupakan pilihan yang mustahil mengingat kejadian
memalukan sebelumnya. Akhirnya mereka memberikan koin-koin tersebut pada
pengunjung di luar game center. Setibanya mereka di pinggir sungai, banyak
orang-orang dan turis asing yang turut serta ingin menikmati keindahan lampion
bunga. Hari semakin gelap merupakan saat yang tetpat untuk melepaskan
lampion-lampion bunga nan indah di sungai yang jernih dan tenang. Soria hanya
tersenyum menikmati keindahan lampion yang cahayanya membuat air sungai
berkilauan. Sangat indah.
Soria:
“Hoaaammsss…”
Rio: “Kau
mengantuk?”
Soria:
“Hm.. aku mau pulang.”
Rio: “Eh, bukankah kita belum makan
malam? Bisakah kau menahan kantukmu sebentar? Kita tidak boleh melewatkan makan
malam.”
Soria: “Aku
akan berusaha.”
Rio memacu motornya menuju kedai
terdekat. Ia sengaja memilih kedai yang ramai agar Soria bisa menahan rasa
kantuknya dengan suara berisik. Usai makan malam Rio mengantarkan Soria pulang.
Rio bahkan sampai harus membeli syal untuk mengikat Soria ke tubuhnya saking
khawatirnya jika Soria tertidur di perjalanan. Sesampainya di rumah Soria, Rio
memastikan Soria sudah masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Rio bahagia.
Terlalu bahagia hingga ia terus tersenyum sepanjang perjalanan pulang ke rumah.
Keesokan harinya…
Soria: “AKU
TERLAMBAT!!!”
Soria berjalan terburu-buru menuju
ruang kerjanya . ia terlambat 40 menit ke sekolah. Ada surat izin dari Rio di
meja kerjanya. Rio hari ini ada ujian di kampusnya jadi akan datang terlambat
ke sekolah. Soria mengecek beberapa dokumen yang menumpuk di atas meja
kerjanya. Usai mengecek dokumen Soria menuju ke ruang kesehatan . barangkali
ada murid yang sakit.
Soria P.O.V: “Kenapa
aku mengizinkannya untuk membawaku? Padahal sejak kejadian lima tahun yang lalu
aku sudah berusaha melupakannya. Bahkan aku sudah tak ingat bagaimana aku bisa
jatuh cinta padanya. Tapi memang, saat bertemu dengannya lagi aku sangat yakin
dia adalah Rio dari kenangan lima tahun yang lalu. Dan ketika melihat dirinya
saat itu entah kenapa semua kenangan itu kembali hadir.”
Soria memasuki ruang kesehatan. Tak
ada siapa-siapa disana. Hanya ada Soria dan boneka beruang baby blue. Soria
memegangi boneka itu dengan lembut. Boneka yang sangat-sangat ia inginkan saat
masih SMA dulu, sampai-sampai hampir setiap hari ia pergi ke game center untuk
memastikan bahwa boneka beruang baby blue yang ia inginkan masih berada di
tempatnya.
Soria P.O.V: “Kenapa
bonekanya seolah menatapku? Kenapa bonekanya terasa sangat berharga hingga aku
ingin memeluknya? Apakah karena dari seseorang yang spesial?”
Huh? Soria kaget dengan pemikirannya.
Spesial? Benarkah ia menganggap Rio spesial? Cklek. Tiba-tiba terdengar suara
pintu ruang kesehatan dibuka.
Rio: “Eh?”
Ketahuan. Soria tertangkap basah
sedang memegangi boneka beruang itu oleh Rio.
Soria:
“Huh?”
Rio:
“Sedang apa kau disini? Sakit?”
Soria:
“Err.. itu.. a-anu..”
Rio: “Atau
kau merindukanku?”
Soria:
“TIDAK MUNGKIN! KAU INI.. KATANYA IZIN ADA UJIAN, TAPI KENAPA ADA DISINI???”
Rio: “Ujiannya sudah selesai, jadi
aku kesini. Aku sudah pernah bilang padamu kalau kau boleh mengambil boneka
itu.”
Soria:
“Sudah kubilang aku tidak mau.”
Soria meletakkan kembali boneka itu
di atas lemari.
Rio:
“Aishitemasu yo.”
Soria :
“Eh?”
Rio:
“(tersenyum) Dan akan selalu mencintaimu.”
To Be Continued...
*Hiya-hiyaaa makin sampai ke penghujung cerita nihhh huhuhuuu ntah kenapa kalau mau ending tuh ga rela tapi kalau lanjut terus bikin bosan XD. Dasar Tory~
See you on the next post...
Bye bye~
No comments:
Post a Comment