Love.. I found you!
Chapter 11
Riyuka: “Steve?”
Soria: “Dia akan jadi asistenku.”
Riyuka: “Kau mengenalnya dimana? Apa kau yakin dia orang
baik-baik?”
Soria: “Ya ampun, dia adalah sepupuku yang sering aku
ceritakan padamu dengan sebutan chibi.”
Riyuka: “Maksudmu.. orang
dengan kantung mata hitam karena suka begadang mengerjakan pekerjaan
penting di malam hari dan tinggi badannya tak lebih dari seratus tujuh puluh
sentimeter?”
Soria: “Tepat sekali.”
Riyuka: “Jadi namanya Steve? Kau sudah menghubunginya?”
Soria: “Di sudah disini sejak seminggu yang lalu.”
Riyuka: “Dia tinggal denganmu?”
Soria: ”Ne. Meskipun terkadang aku juga tertular kebiasaannya begadang.
Dia seperti makhluk nokturnal.”
Riyuka: “Sebaiknya kita usahakan beres-beresnya segera. Kau
akan sangat sibuk besok.”
Soria: “Haii.”
Keesokan
harinya sekolah itu ramai dikunjungi oleh orangtua beserta calon murid di
sekolah itu. Para staff dan guru baru di sekolah itu merasa sangat kewalahan
karena banyak yang mendaftar.
Soria: “Semuanya berjalan baik, Steve?”
Steve: “Haii, seperti yang aku perkirakan, akan banyak calon siswa dan
siswi baru yang mendaftar. Dan jumlah siswa dan siswi sudah aku batasi dan tak
akan ada bangku yang kosong.”
Soria: “Ternyata kau
masih bisa bersikap normal meskipun begadang semalaman.”
Steve: ”Aku meminum dua cangkir kopi pagi ini.”
Soria: “Hm.. NANI?! Kau bisa overdosis Steve!”
Steve: “Seandainya saja ada sekolah yang beroperasi di malam
hari.”
Soria: “Itu pasti sekolah hantu.”
Steve: “Oh ya, lima hari lagi akan ada pemeriksaan kesehatan untuk
anak-anak. Dokter yang memeriksa akan magang disini.”
Soria: “Hm..”
Steve: “Kemungkinan dia aka menginap di ruang kesehatan karena jarak
dari tempat tinggalnya cukup jauh. Bisa kan?”
Soria: “Tentu.”
Steve:”Dia magang disini untuk mata kuliah prakteknya.”
Soria: “Jadi dia belum menjadi dokter sungguhan? Belum
lulus?”
Steve: “Dari yang ia sampaikan padaku saat mendaftar seharusnya ia
sudah lulus tahun lalu. Tapi karena hal lain kuliahnya jadi sedikit
terbengkalai. Tapi aku bisa jamin dia adalah orang baik-baik dan profesional.”
Soria: “Baiklah, kuserahkan orang itu padamu.”
Steve: “Selama lima hari kita akan banyak kegiatan. Jadi,
bersiaplah menjadi makhluk nokturnal.”
Soria: “Kau kira aku tak bisa menjadi makhluk nokturnal?
Akan kubuktikan kalau aku juga bisa!”
Steve: “Ahahahaha”
Soria: “Eh-hm.. sebaiknya kita mendiskusikan beberapa hal penting di
kantorku.”
Mereka pun
beranjak dari koridor sekolah menuju ruang kerja Soria. Sementara Rio sibuk
mempelajari beberapa buku tentang merawat anak.
Christine: “Kau serius sekali belajarnya.”
Rio: “Dari info yang kudapat anak-anak sangat takut dengan jarum
suntik, jadi aku harus mencari cara agar mereka tak takut saat diperiksa nanti.”
Christine: “Kalaupun kau bukan dokter auramu saja sudah
membuat orang-orang takut padamu.”
Rio: “Berhati-hatilah saat
bicara Christine. Aku tak punya menu makan malam, bisa saja kau jadi daging panggang malam ini.”
Christine: “Hah? Aku yakin nanti malam Rose akan membawakan makanan untukmu.”
Rio: “Nanti malam aku tak ada di rumah. Aku akan menginap di rumah temanku untuk belajar.”
Christine: “Baiklah Rio..”
Rio: “Hm.”
Christine:”Aku tak bemaksud menggurui, jadi aku minta maaf
sebelumnya.”
Rio: “Katakan.”
Christine: “Kenapa kau masih berusaha mencari Soria? Kau sudah
mencarinya selama setahun tapi tak ada secercah harapan bahwa Soria bisa
ditemukan. Dari yang kulihat sepertinya Rose menyukaimu. Kenapa tak jadian
dengannya saja?”
Rio: “Soria.. adalah orang yang sudah membuatku merubah gaya hidupku.
Dia yang membuatku semangat kuliah lagi dan ia juga membantuku setiap hari.
Meskipun ia tidak ingin ditemukan atau tak ingin berbaikan denganku, aku akan
tetap mencarinya dan menjelaskan kesalahpahaman yang lalu. Aku tak berharap
lebih dari itu. Lagipula tidak ada yang mengatakan bahwa hubungan kami sudah
berakhir. Kalau aku berkencan dengan
gadis lain itu namanya selingkuh.”
Christine
sampai tertegun mendengar ucapan Rio. Memang benar Rio menjadi semakin dewasa
dan bertanggungjawab semenjak Soria tinggal bersamanya. Biasanya, Rio akan
marah-marah saat pemotretan dan tak bisa mengontrol jadwal dengan baik. Ia juga
tak memperhatikan asupan gizi meskipun ia calon dokter.
Christine: “Teruskan belajarmu. Aku akan terus membantumu.”
5 hari
kemudian di *nama sekolah* School, anak-anak mulai riuh karena akan ada
pemeriksaan kesehatan nanti siang. Rio terlebih dahulu bertemu dengan kepala
sekolah SD tersebut.
Rio: “Selamat pagi, Tuan Steve.”
Steve: “Selamat pagi,
Tuan Jung. Perjalanan anda kemari menyenangkan?”
Rio: “Ne. Sekolah ini besar sekali ya.”
Steve: “Haii, arigatoo gozaimasu
atas pujiannya. Mari saya antar Anda
untuk melihat ruang kesehatan sekolah ini.”
Rio: “Haii.”
Steve dan
Rio berjalan melewati koridor. Seskali
mereka berpapasan dengan guru atau staff sekolah tersebut. Akhirnya mereka tiba
di ruang kesehatan sekolah tersebut. Ruangan itu difasilitasi oleh 5 tempat
tidur, peralatan medis yang lengkap, toilet, washtavel, obat-obatan umum dan
fasilitas lainnya. Ruangan terssebut berwarna putih dan dihias stiker tokoh
kartun kesukaan anka-anak.
Steve: “Nah ini ruang kesehatannya.”
Rio: “Sugee.. ini
seperti dirumah sakit.”
Steve: “Semoga Anda nyaman bertugas disini.”
Rio: “Tentu.”
Steve: “Selanjutnya akan saya antar untuk menemui Kepala
Sekolah dari SD ini.”
Rio: “Haii.”
Mereka berdua
menuju ruang kepala sekolah yang terletak
di lantai 3. Rio cukup kagum dengan desain sekolah itu. Mengingatkannya pada
Soria.
Steve: “Kita sampai
Tuan Jung.”
Rio: “Rio desu.
Panggil saja Rio.”
Steve: “Baiklah Rio, apa Anda siap bertemu?”
Rio:”Err.. saya sedikit gugup tapi tak apa.”
Steve: “Wakatta.”
TOKK.. TOKK...
Steve: Permisi, apa aku boleh masuk?”
“Dare desuka?”
Steve: “Ini Steve dan dokter Jung!”
Rio P.O.V: “Jadi kepala sekolah dari sekolah ini perempuan
dan bisa bahasa Jepang.”
“Chotto matte kudasai.”
Steve: “Haah... pasti dia sedang tidur.”
Rio: “Eh?”
Steve: “Yah, kami kurang tidur
semalam karena mengatur keuangan sekolah dan merencanakan beberapa fasilitas
tambahan.”
Rio: “Oh, begitu. Sekolah ini kan baru beberapa hari
beroperasi tapi banyak sekali yang mendaftar.”
Steve:”Haii. Hoii, bisakah kau lebih cepat!”
“Sebentar lagi.”
Steve: “Gomennasai, sifatnya agak kekanak-kanakan.”
Rio: “Daijobu. Saya dengar beliau masih muda.”
“Baiklah Steve, masuk!”
CKLEKK. Steve
membuka pintu ruangan itu dan masuk diikuti oleh Rio dibelakangnya.
Terpampanglah sebuah meja kerja yang penuh dengan berkas-berkas dan kursi yang
membelakangi Rio dan Steve. Terdapat kursi dan meja untuk tamu, beberapa rak
besar berisi buku-buku dan dokumen. Desain ruangan itu cukup klasik namun
terlihat nyaman.
Steve: “Hoii, bersikaplah yang pofesional!”
Rio: “Salam kenal dan mohon kerja samanya.”
Orang yang duduk di kursi
tersebut berdiri dan menghadap kearah Steve dan Rio.
“Ohayoo gozaimasu. Watashi wa Soria Chrystabelle Choi desu.
Yoroshiku onegaishimasu.. eh..?”
Rio: “Ohayoo
gozaimasu. Watashi wa Rio Jung desu. Yoroshi..ku..one.. huh..”
Suasana
diruangan itu mendadak hening untuk sepersekian detik. Jantung Rio maupun Soria
seolah berhenti berdetak. Steve juga menyadari perubahan atmosfir tersebut dan
2 objek manusia dihadapannya mendadak jadi patung.
Steve: “Ehm.. dokter Jung, nona ini adalah kepala sekolah di sekolah
ini. Dan Soria, ini adalah dokter yang akan mengurus ruang kesehatan di sekolah
ini.”
Soria dan Rio
masih diam mematung dan saling menatap tanpa suara. Tertegun dengan apa yang
terlihat oleh pupil mata mereka. Apakah ini ilusi? Atau salah satu diantara
mereka mulai rabun? Pada dasarnya kenyataan itu selalu hadir dihadapan mereka.
Heuuuuu... libur hanya hoax... libur hanya hoax... hahaha ada yang libur? Atau besok ada yang sekolah? Tetap semangat yaa yang besok sekolah... keep fighting... ^_^
Jaa na~
No comments:
Post a Comment