Eyyoo Minna-san Tory balik lagiii maaf tidak dapat menepati waktu karena data storynya ternyata ada di laptop lama huhuhu... enjoy chapter terbarunyaaa
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PREVIEW
Rio: “Tak apa. Berdiri di sisimu ini saja sudah cukup kok. Biar ku
beritahu satu hal, kejadian di masa lalu itu hanya salah paham.”
Soria” Aku tidak-“
Rio: “DENGARKAN AKU SEBENTAR!”
Soria lantas menatap Rio yang lebih tinggi darinya 18cm. Baru kali
ini Rio membentaknya seperti itu dan karena egonya, Soria tidak terima dan
balas menatap Rio dengan sengit. Menyadari perubahan emosi Soria, Rio
melembutkan pandangannya dan menurunkan volume suaranya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rio: “Maaf sudah membentakmu seperti itu. Aku bukannya tak
menghormatimu sebagai seseorang yang jabatannya lebih tinggi dariku tapi aku
ingin kau memberikan kesempatan untuk mendengarkanku dulu. Foto-foto itu
Christine yang mempostingnya dengan akun media sosialku. Saat itu Christine
hanya tahu kalau kau adalah ‘adikku’. Ia meminta maaf atas kejadian itu dan aku
juga meminta maaf atas kelakuanku. Maaf karena semuanya kita jadi seperti ini.”
Soria: “...”
Rio: “Jika tak bisa mengatakannya
sekarang, katakan saja saat kau sudah siap.”
Soria mengalihkan pandangannya ke arah hujan. Ini mengingatkannya
saat ia mengambil boneka beruang pemberian Rio ke kos lamanya. Tiba-tiba Rio
melepaskan jaketnya dan menutupi kepala Soria.
Soria: “Hei, apa yang kau lakukan?”
Rio: “Kau tak mau ada di sini lebih lama lagi kan? Jadi, kita akan
menerobos hujan menuju halte terdekat.”
Rio menggandeng tangan kanan Soria dan berlari menerobos hujan
deras. Soria bisa merasakan tangan Rio yang semakin dingin karena terken hujan.
Sesampainya di halte Rio benar-benar basah kuyup seperti sengaja disiram.
Soria:
“Baka.”
Rio: “Hm?”
Soria: “Nani?”
Rio: “Syukurlah kau tak terkena hujan. Kalau kau sakit siapa yang
akan mengurus sekolah? Kemarikan jaketku, biar aku bawa pulang.”
Soria: “Kau sendiri malah basah
kuyup.”
Rio: “Oh, kau peduli padaku? Calon
dokter sepertiku tak akan sakit hanya terkena hujan.”
Soria: “S-Siapa bilang aku peduli
padamu?”
Rio: “Hm...”
Ketika bis tiba mereka buru-buru menaikinya. Karena suatu alasan
yang tak bisa dijelaskan bahkan oleh Soria sendiri, ia memilih duduk di kursi
paling depan sementara Rio hanya berdiri. Ia khawatir membuat basah kursi
bis. 15 menit perjalanan bis berhenti di
halte berikutnya. Soria dan dua penumpang lainnya turun dari bis. Setidaknya
Rio punya secercah harapan bahwa Soria tinggal di daerah yang tak jauh dari
sekolah.
Setibanya di apartemen Rio melihat sosok model cantik yang sangat
ia kenal yaitu Rose tengah bersandar pada pintu apartemennya sambil menenteng
plastik yang kelihatannya berisi makanan.
Rose: “Kau basah kuyup. Kau tak bawa
kendaraan?”
Rio: “Tidak, mobilku masih di
servis. Kau sudah lama berada di sini?”
Rose: “Tidak, aku baru saja sampai
beberapa menit yang lalu.”
Rio: “Rose..”
Rose: “Hm?”
Rio: “Kita ini hanya sekedar teman
kan?”
Rose: “Eh?”
Rio: “Waeyo?”
Rose: “T-Tidak, ehm.. kita memang
teman sekaligus rekan kerja kan? Apalagi? Hehe..”
Rio: “Mianhae.”
Rose: “Untuk apa kau meminta maaf? Tak ada yang salah disini. Oh,
ini sudah kubuatkan makanan kesukaanmu. Aku pulang dulu ya. Anyeong.”
Rose pergi dari apartemen Rio dengan cairan bening mengalir dari
mata menuruni pipinya. Ia sadar kalau hubungan mereka tak lebih dari sekedar
teman, tapi jauh di lubuk hati Rose, ia ingin sekali menjadi seseorang yang
spesial untuk Rio. keesokan harinya Rio mulai bersin-bersin. Ia terkena flu.
Rio: “Hattchoo.. haah..”
Teacher 2: “Anda terkena flu dokter
Jung?”
Rio: “Ne. Hattchoo.. padahal hanya
terkena sedikit hujan kemarin.”
Teacher 2: “Steve-ssi juga belum masuk hari ini. Jagalah kesehatan
atau anda bisa mnularkan flu anda pada orang lain.”
Rio: “Yah.. aku akan istirahat
sebentar. Terima kasih atas sarannya.”
Teacher 2: “Cheonmaneyo.”
Rio sampai di ruang kerjanya. Diambilnya sebuah termometer di laci
meja dan menaruhnya di ketiak kiri sebentar. Dilihatnya angka di termometer itu
dan benar saja ia terkena demam. Rio memutuskan untuk berbaring sejenak di
kasur UKS. Detik berikutya ia telah tertidur. Tanpa ia sadari seseorang
memperhatikannya dari celah pintu UKS yang sedikit terbuka. Orang itu memasuki
ruang UKS dan menyiapkan baskom berisi air hangat dan handuk untuk mengompres calon dokter itu.
Tak lupa setelah mengompres kepala Rio orang yang diketahui bernama Soria itu
menaruh obat penurun demam dan air putih di meja dekat kasur.
Soria: “Anggap saja ini hanya balas budi. Kau juga pernah merawatku
saat aku demam, kan? Jangan lupa minum obatnya dan maaf untuk yang kemarin.
Terima kasih juga.”
Soria keluar dari ruang UKS. Ia berjalan pelan menyususri koridor
sekolah yang rapi dan bersih. Ia masih harus bekerja memeriksa kelengkapan
dokumen serta melengkapi fasilitas olahraga yang belum lengkap karena pihak
perlombaan tak memfasilitasi kelengkapan alat. Siang harinya Rio terbangun
dalam keadaan lumayan baik dan cukup berkeringat.
Rio: “Ada yang merawatku? Apakah
murid sekolah ini?”
DING DONG~. Terdengar bel pengumuman berbunyi dan meminta para
staff dan guru-guru agar berkumpul di ruang rapat. Soria tak tahu apa rapat ini
akan disambut baik atau tidak karena yng memimpin setiap rapat biasanya adalah
Steve namun orang yang diharapkan sedang sakit sekarang.
Soria: “Kamshabnida untuk para staff sekolah dan guru-guru yang
berkenan hadir dalam rapat kali ini. Saya akan langsung ke inti. Begini,
sekolah kita kekurangan beberapa failitas olahraga dan hanya tujuh pohon Sakura
yang baru ditanam di sini. Seharusnya kita menanam sebelas pohon. Jadi, saya
membutuhkan saran dan partisipasi anda sekalian. Seperti yang kita ketahui
bersama kalau sekolah ini masih berstatus swasta.”
Staff 1: “Bagaimana jika mengirim
proposal?”
Staff 2: “Kemarin saya sudah
mengirim beberapa tapi sampai sekarang belum ada jawaban.”
Teacher 1: “Bagaimana kalau meminta
sumbangan orangtua siswa?”
Soria: “Kita jangan membebani orangtua mereka lagi. Sekalipun ini
untuk anak mereka tapi tetap saja menurutku akan terlihat tidak baik.”
Rio:”Hanya itu saja?”
Soria: “Ne. Waeyo?”
Rio: “Boleh saya menyampaikan
pendapat?”
Soria: “Silahkan.”
Rio: “Kamsahabnida. Saya punya cukup dana utnuk kedua masalah itu,
bagaimana jika hari sabtu kita adakan kegiatan bersama para siswa untuk menanam
pohon Sakura? Saya tahu toko yang menjual pohon Sakura dengan harga terjangkau
namun berkualitas. Untuk peralatan olahraga tidak mungkin saya membeli semuanya
sendiri. Maksudnya saya hanya tahu beberapa toko yang menjual peralatan
olahraga.”
Teacher 3: “Saya bisa bantu mencari
juga.”
Rio: “Hatschoo.. baiklah, apakah
anda setuju?”
Soria: “Ide yang bagus. Saya setuju.”
Rio: “Bisakah saya lihat daftar
proposalnya?”
Staff 2: “Tentu. Kana saya antarkan
ke UKS secepatnya.”
Rio: “Kamsahabnida seongsaenim. Itu
saja dari saya, terima kasih.”
Soria: “Apakah ada lagi yang ingin
menyampaikan pendapatnya?”
Teacher 2: “Sepertinya tidak ada.”
Soria: “Baiklah sepertinya kita sudah menemukan solusi untuk
masalah yang kita bahas. Terima kasih untuk rapat kali ini dan mohon kerja
samanya.”
Semua staff dan guru-guru sudah meninggalkan ruang rapat namun Rio
sepertinya masih betah berdiam diri di ruangan itu.
Soria: “Mwoya?”
Rio: “Karena aku sedang sakit tak
mungkin pergi sendirian, kan?”
Soria: “Maksudmu?”
Rio: “Kau akan pergi denganku,
bukan?”
Soria: “Huh?”
Rio: “Anggap saja kau membalas budi
untuk yang kemarin.”
Soria: “Dasar licik!”
Soria tak akan pernah punya keberanian untuk mengatakan bahwa ia sudah membalas budi dengan merawat Rio di ruang UKS.
TO BE CONTINUED~
Segitu dulu yaa untuk mengobati kangen kalian terhadap story ini Tory usahakan akan lebih baik lagi ehehe~ Bye bye
No comments:
Post a Comment