YOOOO OHAYOUUUU!!! Minna-san pasti rindu berat ya sama Tory??? *ngarep* uuuuuhhhh Tory juga kangen sama Minna-san tachi~~~ yha kali ini Tory aan melanjutkan post Game Center yang sempat mandek karena data-data hilang dan perlu ketik ulang setengah mampus. Hahaha~
Baiklah karena Tory nggak mau membuat Minna-san menunggu langsung aja yaa kuyy scroll kebawah..
Game Center
"The missing piece"
Soria: “O-oh.. silahkan duduk.”
Rio: “N-ne.”
Steve: “Kenapa kau memperkenalkan
diri dalam bahasa Jepang? Dia ini orang Korea.”
Soria: “Aku refleks. Aku kira yang
datang adalah kolega Jepang.”
Rio: “Saya memiliki darah Jepang dan
sangat fasih berbahasa Jepang.”
Steve: “Hee begitu.”
Soria: “Jadi, anda akan praktek
berapa lama di sini?”
Rio: “Kurang lebih tiga bulan. Anda tidak perlu repot-repot
menyiapkan fasilitas. Saya akan berusaha sebaik mungkin.”
Soria: “Bagus, itu yang kami harapkan. Anda harus bersikap ramah
dan bekerja profesional di sini. Apakah anda sanggup?”
Rio: “Saya bisa menyanggupinya.”
Steve: “Nah, Tuan Jung, anda bisa
memulai praktik anda di sini mulai besok.”
Rio: “Jangan terlalu formal, panggil
saja Rio.”
Steve: “Ah, mianhae kau sampai
mengatakannya dua kali.”
Rio: “Ahaha.. tidak apa-apa. Kalau begitu saya permisi ingin
melihat-lihat sekolah ini dahulu.”
Rio keluar dari ruangan Soria dengan perasaan yang campur aduk. Ia
sadar dengan keterkejutan Soria namun ia memilih untuk berpura-pura tak saling
mengenal. Rio juga melihat jika Steve tidak tahu apa-apa suoal masa lalu Soria
dan dirinya.
Steve: “Kau mengenalnya?”
Soria: “Dulu. Itu sudah lama
sekali.”
Steve: “Cinta masa lalu?”
Soria: “A-Apa yang membuatmu
berpikiran seperti itu?”
Steve: “Reaksimu saat bertemu dengannya menunjukkan kalau pernah
ada kejadian luar biasa diantara kalian sebelumnya.”
Soria: “Kau kebanyakan begadang, Steve. Aku mau lanjut tidur lagi
jika tak ada hal lain yang ingin kau bicarakan denganku..”
Steve: “Aku juga mau tidur dulu di
UKS, permisi.”
Sementara Rio berdiri di koridor sekolah yang masih sepi sembari
menatap keluar jendela. Rio tak sabar menceritakan kejadian hari ini pada
Christine. Ia akhirnya menemukan orang yang selama ini ia cari. Ada perasaan
bersalah dalam diri Rio. Sekolah ini adalah hal yyang susah payah Soria dan
teman-temannya wujudkan pada saat itu Rio tak ada untuk mendukungnya, tak ada
untuk membantu ataupun mendampinginya. Benar apa yang dikatakan Christine,
Soria sudah selangkah lebih maju dibanding dulu.
Rio: “Itu artinya aku harus berusaha
lebih keras untuk mendapatkanmu.”
“Rio?”
Rio menoleh ke sumber suara. Teman terdekatnya Soria, Riyuka
ternyata masih mengingatnya.
Rio: “Oh, Riyuka?”
Riyuka: “Rio Oppa, sedang apa di sini?”
Rio: “Aku akan menjadi dokter di UKS
sekolah ini untuk praktik kuliah.”
Riyuka: “Baru mau lulus sarjana?”
Rio: “Err, ne.. sepertinya aku sudah
didahuluioleh anak muda seperti kalian-kalian ini.”
Riyuka: “Oppa berbicara seolah-olah lebih tua tiga puluh tahun dari
kami. Oh ya, sudah bertemu Soria?”
Rio: “Sudah. Dia sudah berkembang
ya? padahal rasanya dia masih suka bermanja-manja.”
Riyuka: “Bagaimana rasanya?”
Rio: “Eh?”
Riyuka: “Bagaimana rasanya bertemu
dengan yang pernah hilang?”
Rio: “Entahlah.. aku merasa kaget, senang, sedih, dn segalanya
bercampur aduk. Sebenarnya aku ingin menjelaskan langsung padanya tadi, tapi
kurasa itu bukan saat yang tepat.”
Riyuka: “Semoga berhasil.”
Rio hanya tersenyum di tempatnya berdiri setelah Riyuka menepuk
pundaknya. Rio meneruskan berkeliling sekolah sampai puas. Setelah selesai ia
pamit pulang pada Steve dan menelfon Christine untuk segera datang ke
apartemennya. Perasaannya begitu meluap-luap usahanya akhirnya membuahkan
hasil.
Christine: “Annyeonghaseyo... mwoya?”
Rio: “Christine..”
Christine: “Ne?”
Rio: “AKU MENEMUKANNYA! AKU MENEMUKAN BABY BLUE KU CHRISTINE!!! AKU
BERTEMU SORIA!”
Christine; “JEONGMAL? Eodiseo?
Akhirnya..”
Rio: “Di sekolah tempat praktekku, Christine! Kau tahu? Dia adalah
pemilik sekolah itu! Luar biasa bukan?”
Christine: Aigo.. kau harus memnafaatkan kesempatan ini untuk
meluruskan masalah di masa lalu. Ini kesempatanmu! Aku akan berusaha membantu.”
Rio: “Yosh! Aturkan jadwalku dengan
baik!”
Christine: “Yes Sir.”
Keesokan harinya sekolah sudah mulai beroperasi untuk pertama
kalinya. Soria memberikan pidato singkat ucapan selamat datang kepada seluruh
murid-murid angkatan pertama di sekolah itu. Rio juga sudah hadir lebih pagi di
sekolah tersebut.
Steve: “Semoga ini akan jadi awal
yang baik.”
Soria: “Haii, dan seterusnya akan
menjadi lebih baik lagi.”
Steve: “Kau tak mau mengecek keadaan
kelas dan UKS?”
Soria: “Untuk apa? Bukankah semua
fasilitas di kelas dan UKS sudah sesuai standar?”
Steve: “Sebagai atasan yang baik kau harus memperhatikan kenyamanan
karyawan atau bawahanmu. Jika mereka merasa nyaman dengan tempat mereka bekerja
sekarang, bukan hal yang tidak mungkin jika kinerja mereka akan meningkat kan?
Jangan bilang kau tak berpikir samai ke sana. Apa yang menurutmu sudah baik
belum tentu sama menurut orang lain.”
Soria: “Yah, aku juga memikirkan hal
itu. Tapi apa perlu sampai sejauh itu?”
Steve: “Kau takut ya?”
Soria: “T-Takut pada apa?”
Steve: “Kau takut termakan masa lalu kan? Bahkan hanya sekedar
menatap wajahnya saja kau tak berani saat bertemu kemarin.”
Soria: “Ne, ne aku akan ke UKS.”
Steve: “Perlu ku temani?”
Soria: “Tak perlu, aku bisa
sendiri!”
Soria berjalan santai menuju ruang UKS. Sesekali ia bertegur sapa
dengan staff dan guru-guru, serta beberapa murid yang keluar kelas untuk suatu keperluan. Akhirnya ia tiba di
depan pintu UKS. Jantungnya berdetak lima kali lebih cepat.
Soria P.O.V: “Tenanglah.. tenanglah... semua akan baik-baik saja.
bukankah sudah lama berakhir? Jangan takut. Jangan panik. Buka pintunya dan
bicara dengan tenang.”
TO BE CONTINUED~
Don't forget to click FOLLOw and COMMENTS if there is anything you want to request or ask.. feel free Jaa naa~
No comments:
Post a Comment