YOoooooooo minna-sama... akhirnya bisa Tory update juga chapter ke-9 nyaaaaa fiuhhh sete lah mendaki gunung dan melewati lembah akhirnya bisa post Story lagiiii. Padahal draft sudah nyaris penuh tapi belum sempat upload-upload.... udahlah Tory kebanyakan cing-cong yaaa
Silahkan membacaaa~~~~~ ^_^
2 hari kemudian di pagi hari yang
cukup gaduh di depan sebuah apartemen sederhana...
Rio: “Soria.. biarkan aku mengantarmu ke perlombaan.”
Soria: “Tak perlu, nanti kau bisa dimarahi Christine eonni!”
Christine: “Aku bisa menunggu kok.”
Soria: “Gwenchanayo, Akisa akan menjemputku pagi ini. Mianhae, aku tak
bisa mengantar Oppa ke bandara, hanya sampai di depan apartemen saja.”
Rio: “Justru seharusnya kaulah yang diprioritaskan. Berjanjilah kau
akan tetap disini hingga aku kembali.” (mengusap kepala Soria)
Christine: “Sudah waktunya pergi Rio!”
Rio: “Berjanjilah, dan aku akan membawamu ke game center.”
Jika boleh
jujur Soria sebenarnya tak menyukai kepergian Rio ke Hawaii. Ia ingin Rio
mendukungnya saat presentasi miniaturnya
nanti. Meskipun Rio memaksa akan hadir sebentar di perlombaan Soria hari ini,
Soria tetap meminta Rio fokus pada pekerjaan dan kariernya. Rio masih menatap
keluar jendela.
Christine: “Dia akan baik-baik saja. Kau harus percaya padanya
sesekali lagipula dia punya Akisa, kan?”
Rio: “Hm..”
-----Bandara-----
Christine: “Ini Rose Lee. Rekan kerjamu selama di Hawaii.
Dia juga model profesional.”
Rose: “Hai, salam kenal.”
Rio: “Rio Jung. Salam kenal.”
Christine: “Karena kita akan berada seminggu di Hawaii pastikan
kalian membawa peralatan lengkap.”
Rio: “Ne.”
Christine: “Rio, sudah menghubungi Soria?”
Rio: “Aku baru akan menghubunginya.” (menelfon Soria)
Rose: “Nuguya?”
Christine: “Adiknya yang paling berharga.”
Rose: “Hee.. jadi dia punya adik.”
Rio menelfon
Soria cukup lama dengan segala pesannya yang membuat ‘adiknya’ itu menghela
nafas berkali-kali. Christine yang berteriak memanggilnya untuk segera chek in
tak ia hiraukan.
Soria: “Aku tahu itu.. kau tak perlu mengingatkan aku
terus-menerus.”
Rio: “Baiklah, semoga kau menjadi juara pertama. Mianhae, karena tak
bisa mendukungmu secara langsung.”
Soria: “Gwenchana, dukunganmu sudah lebih dari cukup.”
Rio: “Saranghae.”
Soria: “Na do..” (menutup telfon)
Rio berangkat
menuju Hawaii dan menitipkan cintanya di Seoul. Ia duduk bersebelahan dengan
Rose dan tak sengaja tertidur di pundak model cantik tersebut. Sesampainya di
Hawaii semua kru beserta Christine, Rio, dan Rose segera menuju penginapan yang
terletak di pinggir pantai.
Rio: “Mianhae, aku tak bermaksud tertidur seperti itu.”
Rose: “Gwenchana, lagipula kau juga kelelahan.”
Christine: “Itu kan memang kebiasaanmu.” (menyeret koper)
Rio: “Christine!”
Tiba-tiba
handphone Rio berdering. Ada pesan masuk dari Soria yang buru-buru ia buka. Isi
pesan tersebut mengatakan bahwa penghuni apartemen tunggal itu berhasil menjadi
juara satu dalam lomba desain miniatur. Rio benar-benar bersyukur dalam haati
dan segera menelfon Soria.
Rio: “Chukkae darling...”
Soria: “Ne.. ini semua juga tak luput dari dukunganmu.”
Rio: “Kau mau minta hadiah apa? Aku akan langsung
membelikannya.”
Soria: “Aku mau
orang yang pernah memberikanku boneka beruang berwarna baby blue pulang dengan
selamat.”
Rio: “Akan dilaksanakan!”
Soria: “Aku akan memasak makanan kesukaanmu ketika kau
pulang nanti.”
Rio: “Arigatoo.”
Soria: “Bye..”
Rio: “Bye.” (menutup telfon)
Rose: “Adikmu ya?”
Rio: “Ne, dia memenangkan perlombaannya.”
Rose: “Perlombaan apa?”
Rio: “Desain miniatur bangunan. Jika menang akan dibuatkan
bangunan aslinya.”
Rose: “Wow! Bangunan apa yang ia buat?”
Rio: “Aku juga tak begitu tahu karena ia menyimpan proyeknya
dirumah temannya.”
Christine: “Setelah selesai merapikan barang kita akan rapat
sebentar.”
Rose: “Oke Christine.”
Rose sekamar
dengan Christine sementara Rio sekamar
dengan beberapa kru yang terlibat dalam pemotretan nanti. Rapat dilakukan
sebelum makan malam tiba untuk membahas gaya pakaian mana yang akan dikenakan
dan dimana tempat berfoto yang bagus.
Christine: “Hei, Rio, malam ini akan ada acara menyambut
tamu dengan tarian Hula-Hula.”
Rio: “Lalu?”
Christine: “Kau tak mau melihatnya? Kau bisa menggunakan fasilitas 3G
di handphonemu dan memperlihatkannya pada Soria.”
Rio: “Iya juga ya..”
Christine: “Nah.. sekarang kita semua harus memulai rapat
serius.”
Di apertemen..
Soria: “Tadaima..”
Hening.
Biasanya akan ada suara Rio yang menyambut kepulangannya dengan wajah kusut
karena tugas kuliah yang menumpuk. Soria meletakkan tasnya di sofa ruang tamu.
Ia baru saja merayakan keberhasilan lomba bersama teman-temannya di rumah
Akisa. Ia lalu beranjak menuju kamar Rio yang belum pernah ia berani masuki
semenjak ia tinggal di apartemen itu. Kamar itu cukup rapi mungkin sang pemilik
membersihkannya sebelum pergi. Soria membaringkan dirinya di kasur Rio dan
menatap langit-langit ruangan lalu tertidur. Sementara Rio berusaha menghubungi
Soria dari Hawaii tepatnya saat menonton pertunjukan tari.
Rose: “Ada apa?”
Rio: “Soria tak mengangkat telfonku.”
Rose: “Mungkin dia sudah tidur. Ayo bersenang-senang
sebentar..”
Rose menarik
tangan Rio untuk bergabung di kerumunan orang yang sedang menari Hula. Sejenak
Rio lupa dengan siapa ia sedang menjalin hubungan. Christine dengan isengnya
mengambil video dansa Rose dan Rio lalu mengirimkannya pada Soria. Pagi
harinya, Soria bangun dengan sendirinya. Hari ini ia tidak ke sekolah maupun
bekerja karena ada hari libur nasional. Ia meraih handphone yang tergeletak di
kasur Rio dan melihat ada 31 panggilan tak terjawab dan kiriman e-mail dari
Rio.
Soria: “Dia menelfon sebanyak ini?”
Soria mengecek
kiriman e-mail. Kepalanya mendadak sakit saat melihat beberapa foto mesra yang
terpampang di layar handphonenya. Ia juga membuka video yang dikirimkan. Ia
tidak kenal sama sekali dengan wanita yang mengalungkan tangannya di leher Rio
untuk berdansa. Beberapa bulir air mata jatuh ke layar handphone berwarna putih
itu. Soria menelfon Riyuka dan menjelaskan apa yang ia lihat pagi ini sambil
menangis sesenggukan.
Soria: “Riyuka, apa yang h-harus aku l-lakukan?”
Riyuka: “Mungkin itu bagian dari pekerjaan, Soria.”
Soria: “Jika iya, kenapa harus s-sedekat itu? Merek hampir
berciuman..”
Riyuka: “Itu namanya profesional. Sekarang aku tanya padamu,
apa kau percaya ia mencintaimu?”
Soria: “Haii.”
Riyuka: “Apa kau percaya ia akan kembali hanya untukmu?”
Soria: “Sampai tadi malam aku masih percaya Riyuka.. aku
masih percaya..”
Lagi-lagi ada
gambar Rio dan wanita yang tak Soria kenal dikirim ke emailnya dan gambar kali
ini sudah cukup bagi Soria untuk mengambil keputusan.
Riyuka: “Soria..”
Soria: “Aku mau pindah!”
Riyuka:”Pikirkan ba-“
Soria: “Aku sudah memikirkannya sejak aku melihatnya ketika
bangun dari mimpi indahku.”
Riyuka: “Pastikan kau tak menyesalinya.”
Soria: “Iie. Aku tak akan menyesali setiap keputusan yang
pernah aku buat, Riyuka.”
Riyuka: “Tinggallah dirumahku, waktu ujian tinggal dua bulan
lagi.”
Soria: “Kamsahabnida, tapi aku tak ingin merepotkanmu. Kau
sudah sangat banyak membantuku.”
Riyuka: “Lalu kau akan tinggal dimana?”
Soria: “Di tempat yang membuatku selalu merasa nyaman.”
Riyuka: “Barang-barangmu?”
Soria: “Aku akan menelfon orangtuaku untuk mengambil semua
barang-barangku di apartemen ini.”
Riyuka: “Kapan kau akan pindah?”
Soria: “Sore ini.”
------skip
time-----
Jane: “Tinggal disini? Apa kau yakin?”
Soria: “Saya sangat yakin. Lagipula waktu saya tinggal di
Seoul hanya tinggal dua bulan saja.”
Jane: “Tetapi, sepertinya tak ada tempat yang bisa kau
jadikan kamar disini.”
Soria:”Saya rasa ruang kesehatan bisa digunakan.”
Jane: “Kau yakin mau tinggal di ruang kesehatan selama dua
bulan?”
Soria: “Saya sangat yakin. Saya pastikan ruang kesehatan tetap rapi dan
tidak menghilangkan fungsinya.”
Jane: “Jika kau mau, kau bisa tinggal dirumahku sementara
waktu.”
Soria: “Kamsahabnida, ruang kesehatan sudah cukup untuk saya.”
Jane: “Semoga kau bisa mencapai segala cita-citamu, nak.”
Sudah seminggu
Rio berada di Hawaii dan tibalah saatnya pulang. Pulang menemui orang yang tak
akan ia jumpai. Ia tak lupa membawakan banyak hadiah untuk gadis keturunan
Jepang itu. Rio pulang dengan perasaan bahagia yang meluap-luap meskipun
ekspresinya tetap datar. Soria akan menghidangkan makanan kesukaannya dan
mereka akan makan bersama. Lalu mereka akan menghabiskan waktu dengan mengobrol
sambil minum teh. Setidaknya itulah gambaran rencana Rio setibanya di apartemen
nanti.
Soria: “Kau akan pulang.. hari ini.” (berdiri di dapur
apartemen)
Soria mulai
memotong beberapa macam sayuran dan ikan. Ia membuatkan Rio sushi, kimchi, nasi
goreng bayam, kue beras, dan beberapa makanan penutup. Selesai memasak dan
menata makanan di meja makan, Soria mendudukkan boneka beruang baby blue dari
game center miliknya di salah satu bangku di meja makan itu. Bangku itu adalah
bangku yang biasa Soria isi saat ia makan bersama Rio.
Soria: “Tolong temani Rio saat tak ada yang menemaninya
disini.”
Sesampainya di Seoul, Christine
buru-buru mengantarkan Rio ke apartemen.
Christine: “Aigoo, kau sampai membelikannya bunga mawar
berwarna royal blue yang mahal itu.”
Rio: “Ck. Aku sudah pernah bilang kalau dia itu berharga.”
Christine: “Ne.. sampaikan ucapan selamatku padanya.”
Rio: “Ne.”
Christine: “Sudah sampai. Jangan lupa sampaikan ucapanku!”
Rio: “Jika aku ingat.” (keluar dari mobil)
Christine: “RIO!”
Rio menarik
dan menghembuskan nafas panjang saat akan membuk kenop pintu apartemennya.
CKLEK..
Rio: “Tadaima Soria~”
Hening. Tak
ada siapapun yang menjawab. Lampu ruangan juga mati. Tirai jendela juga terurai
tak seperti biasanya. Rio menyalakan lampu dan melihat ruangan itu tak seperti
biasanya.
Rio: “Soria.. kau dimana?”
Rio beranjak
menuju kamar Soria. Kosong. Ruangan itu juga bersih dari semua perabotan milik
kekasihnya itu. Rio mulai diliputi rasa cemas.
Rio: “Soria ini sama sekali tidak lucu! Cepat keluar!”
(mencari ke seluruh ruangan)
Tetap tak ada
jawaban. Seharusnya ada suara perempuan muda yang menyahut panggilannya. Rio
membuka tiraai dengan kasar. Seemakin gusar.
Rio: “Soria cepat keluar! Apa-apaan ini? Soria.. aku janji tak akan
marah padamu! Kumohon keluarlah..” (setengah berteriak)
Rio
melangkahkan kakinya menuju dapur. Istana paling indah milik Soria. Hidangan
kesukaan Rio sudah tersaji diatas meja makan. Ia berjalan gontai mendekati meja
makan tersebut. Ada sepucuk surat di depan boneka beruang baby blue yang duduk
manis di salah satu bangku. Isi surat itu...
DEG. Apa
maksudnya dengan ‘it’s over’? Apakah Soria marah padanya? Atau terjadi sesuatu
pada Soria selama dia pergi ke Hawaii? Makanan di meja makan masih hangat.
Berarti Soria baru saja membuatnya. Rio segera turun ke lantai dasar untuk
menemui resepsionis apartemen.
Rio: “N-Nona, teman sekamarku? Dimana dia?”
Recepsionist: “Oh, anda belum tahu? Ia sudah pindah sekitar enam hari
yang lalu. Tapi tadi dia sempat kesini karena ada yang tertinggal.”
Rio: “Enam hari? K-Kemana dia pindah?”
Recepsionist: “Enam hari yang lalu, tepatnya sore hari semua barangnya
sudah diangkut pergi dengan jasa angkut barang. Aku pernah melihat jasa itu,
itu jasa khusus yang melayani pindah barang ke Jepang.”
Rio: “Jepang? Jepang.. dimana?”
Recepsionist: “Miannhae, kami juga tidak tahu. Kemarin seharusnya anda
membayar sewa apartemen.”
Rio: “Ah,astaga, sebentar..” (meraih dompet di saku celana)
Recepsionist: “Tak perlu. Gadis itu sudah membayarnya
sebelum ia pindah.”
Rio: “M-Mwoya?”
Recepsionist: “Ne, dia sudah membayar sewa apartemen bulan
ini dan untuk tiga bulan ke depan.”
Rio: “Sampai tiga bulan ke depan?”
Recepsionist: “Ne.”
Rio: “Apa anda yakin?”
Recepsionist: “Ne. Dia sendiri yang membayarnya. Kami memiliki detail
pembayaran serta bukti tanda tangannya. (memperlihatkan sebuah buku) Ia
berpesan bahwa Anda tak perlu khawatir dan fokus menjalani kuliah Anda. Dan dia
juga berpesan tak perlu mencarinya.”
Malam hari pun
tiba. Di dua tempat yang berbeda Soria dan Rio saling memikirkan satu sama
lain. Ro masih penasaran kenapa Soria pergi meskipun ia menepati janji. Baik
Soria maupun Rio sama-sama tak bisa memejamkan mata. Pagi harinya, Christine
berkunjung ke apartemen Rio karena si penghuni apartemen tak kunjung mengangkat
telfon darinya. TOKK TOKK
Christine: “Riooo ini aku, Christine!”
CKLEKK. Pintu
apartemen itu terbuka dan menampilkan sosok manusia setengah hidup yang tampak
sangat lesu dan lelah karena tak tidur semalaman. Christine yang kaget segera
membuatkan Rio susu hangat dan menyuruhnya duduk. Ia tak mau model andalannya
itu di dera depresi.
Christine: “Kau kenapa? Apa yang terjadi? M-Mana adikmu?”
Rio: “Mianhae, dia bukan adikku.”
Christine: “A-Maksudmu? Kalian saudara tiri?”
Rio: “Bukan. Dia adalah pacarku..”
Christine: “M-Mwoya? Kenapa baru bilang sekarang? Kau pasti berpikir
bahwa aku akan marah dan memecatmu?”
Rio: “Mungkin..”
Christine: “Rio, aku tak akan marah kalau kau beritahu aku yang
sebenarnya, siapa dia dan kenapa bisa tinggal denganmu? Sekarang dimana dia?”
Rio: “Dia pergi sebelum aku tiba.”
Christine: “Pergi? Eodilo?”
Rio: “Dia pindah ke Jepang. Aku tak tahu kenapa ia pergi tanpa
berpamitan dan menghilang seperti ini.”
Christine: “Mianhae Rio.. jeongmal mianhaeyo!!” (menangkup
tangan didepan wajah)
Rio: “”Waeyo?”
Christine: “Aku mengirim foto-fotomu bersama Rose ke emailnya..
menggunakan email milikmu... jeongmal mianhaeyo. Pasti dia berpikir kau sengaja
mengirim foto-foto itu...”
Rio hanya bisa
lemas di sofanya sambil bersandar. Tidak ada gunanya ia marah pada Christine.
Soria sudah berada di negeri matahari terbit itu. Mungkin ia akan menjalani
kehidupannya seperti belum ada Soria di apartemen itu.
Rio: “Christine, tolong sesuaikan jadwal pekerjaanku. Mulai
sekarang aku akan kuliah dengan serius.”
Christine: “Eh?”
Rio: “Kau tidak dengar?
Kubilang aku akan kuliah dengan serius mulai sekarang agar lulus secepatnya.
Jadi, sesuaikan jadwal pekerjaanku. Itu.. pesannya padaku setiap hari.. dia
selalu mengingatkanku untuk belajar ketika ia usai bekerja.”
Christine: “Kau.. berjuanglah untuk menemukannya dan membawanya
tinggal bersamamu lagi. Aku akan atur jadwalmu supaya kau bisa belajar dengan
intensif. Aku akan membantumu untuk menemukannya semampuku.” (penuh semangat)
Rio: “Oi, Christine. Kau tak perlu naik ke atas meja!”
Christine: “Eh? Mian. Pastikan kau selalu dalam keadaan
sehat! Daah..” (turun dari meja)
Rio hanya
menatap kosong pintu yang tertutup itu. Biasanya Soria akan datang dari pintu
itu, biasanya Soria akan memasak di dapur sambil menyanyi, biasanya Soria akan
mengingatkan dirinya untuk tidak pulang terlambat, biasanya Soria akan
menceritakan impiannya dengan penuh semangat, biasanya Soria akan membersihkan
apartemen dengan penuh ketelitian, biasanya Soria akan marah jika Rio tidak
menghabisakan makanan.
Rio: “Biasanya.. aku selalu melihat dan mendengarmu disini
setiap hari.”
Rio bertekad akan berusaha
mencari Soria sekuat tenaga.
Rio: “Eh? Bukankah ia masih kelas tiga SMA? U-Ujian kan masih dua
bulan lagi.. itu artinya ia pasti masih disini! Tapi dimana? Ah, aku akan cek
ke sekolahnya.”
Di sekolah...
Soria: “Jika ada yang bertanya aku ada dimana katakan saja kalau aku
sudah berada di tempat yang membuatku tenang.”
Riyuka: “Terdengar seperti orang yang sudah mati..”
Soria: “Haha.. aku tahu ini agak berlebihan, tapi aku tak ingin
siapapun tahu dimana aku tinggal sekarang, termasuk Rio. Ah, mungkin aku
terlalu percaya diri ya? Mana mungkin Rio akan mencariku. Tidak sekalipun.
Bahkan bertanya saja mungkin tidak.” (tersenyum miris)
Riyuka: “Aku tak mau dengar kalau kau suatu hari nanti menyesali
keputusanmu ini. Kau bertindak secara sepihak saat itu. Bukankah itu bukan
pertama kalinya kau melihat Rio berfoto cukup mesra dengan seorang wanita?”
Soria: “Hajiman, aku merasakan sesuatu yang berbeda dari wanita itu. Ia
seolah memiliki cinta yang lebih besar untuk Rio-“
Riyuka:
“Jika kau berpikiran seperti itu, itu artinya kau tak benar-benar mencintai
Rio. Kau ini memang tak tahu apa-apa
tentang cinta ya?”
Soria: “Aku tahu kok.”
Riyuka: “Oh ya? Aku bukannya berpihak pada Rio, tapi caramu mengakhiri
suatu hubungan ini kurang baik menurutku. Kalau kau mau putus itu boleh saja,
tapi kenapa harus bermusuhan? Bukankah
kalian masih bisa berteman baik? Kau bahkan sampai membayar apartemen
untuk tiga bulan kedepan sedangkan kau tak tinggal disitu.”
Soria: “Itu hadiah terakhir dariku.”
Kriiiiing. Bel
sekolah sudah berbunyi. Semua siswa bergegas pulang ke rumah masing-masing. Rio
sudah berada di gerbang sekolah Soria lengkap dengan penyamarannya. Ia memakai
rambut palsu keriting berwarna cokelat kayu dan topi rajut berwarna merah. Ia
juga memakai jaket berwarna abu-abu dan celana jeans hitam serta sepatu kets
berwarna senada. Tak lupa ia memakai kacamata hitam. Rio celingukan mencari
Soria diantara manusia-manusia yang keluar dari gerbang sekolah namun ia tak
menemukan sosok yang dicari. Ia pun melihat gadis yang pernah menemani Soria
saat di game center dulu.
Rio: “Hei, kau!
Tunggu!”
Riyuka: “Ne?”
Rio: “Kau.. temannya Soria,kan?”
Riyuka: “Ne, memangnya anda siapa dan perlu apa?”
Rio: “Err.. aku teman lamanya. Bisakah kau beritahu dimana dia tinggal
sekarang?”
Riyuka: “Temannya Soria tak ada yang bicara bahasa Korea dengan logat
Korea fasih sepertimu. Semua temannya disini orang Jepang. Kau tak bisa
membohongiku.”
Rio: “Urgh, baiklah kau memang pintar. Aku ini teman satu apartemennya. Rio
Jung imnida.”
Riyuka: “Kau.. om-om yang waktu itu ada di game center ya? Ya ampun..
kau ini bukan temannya tapi pacarnya!”
Rio: “Aku tak setua itu! Katakan padaku dimana Soria tinggal
sekarang?”
Riyuka: “Ia sudah berada di tempat yang membuatnya tenang.”
Rio: “Maksudmu?”
Riyuka: “Yah.. kenyataannya memang seperti itu.”
Rio: “Aku tidak mengerti. Apa terjadi sesuatu padanya?”
Riyuka: “Anda pikirkan saja sendiri. Aku tak mau terlibat
dalam urusan yang lebih rumit.”
Rio: “Kalau kau tak mau memberitahuku bagaimana urusan kami bisa
selesai? Nomor teleponnya juga sudah tidak aktif, bahkan ia menutup semua akun
media sosialnya. Tolong beritahu aku!”
Riyuka: “Haah.. aku bisa apa jika ia tak mau kembali bersama anda?
Memaksanya? Itu tidak mungkin.”
Yakkkkk sekian dulu ceritanyaaaa... Tory ingin mengumumkan kalau Tory akan Hiatus mulai minggu depan hingga awal tahun... sampai jumpa di tahun berikutnya dengan semangat dan kreatifitas baruuu semoga liburan kalian menyenangkannnnnnnn!!!!!!!
Merry Christmas and Happy New Year for all readers who celebrate it... ^_^
No comments:
Post a Comment