Wednesday, December 20, 2017

Game Center Chp.09



YOoooooooo minna-sama... akhirnya bisa Tory update juga chapter ke-9 nyaaaaa fiuhhh sete lah mendaki gunung dan melewati lembah akhirnya bisa post Story lagiiii. Padahal draft sudah nyaris penuh tapi belum sempat upload-upload.... udahlah Tory kebanyakan cing-cong yaaa
Silahkan membacaaa~~~~~ ^_^




2 hari kemudian di pagi hari yang cukup gaduh di depan sebuah apartemen sederhana...

Rio: “Soria.. biarkan aku mengantarmu ke perlombaan.”

Soria: “Tak perlu, nanti kau bisa dimarahi Christine eonni!”

Christine: “Aku bisa menunggu kok.”

Soria: “Gwenchanayo, Akisa akan menjemputku pagi ini. Mianhae, aku tak bisa mengantar Oppa ke bandara, hanya sampai di depan apartemen saja.”

Rio: “Justru seharusnya kaulah yang diprioritaskan. Berjanjilah kau akan tetap disini hingga aku kembali.” (mengusap kepala Soria)

Christine: “Sudah waktunya pergi Rio!”

Rio: “Berjanjilah, dan aku akan membawamu ke game center.”

Jika boleh jujur Soria sebenarnya tak menyukai kepergian Rio ke Hawaii. Ia ingin Rio mendukungnya saat  presentasi miniaturnya nanti. Meskipun Rio memaksa akan hadir sebentar di perlombaan Soria hari ini, Soria tetap meminta Rio fokus pada pekerjaan dan kariernya. Rio masih menatap keluar jendela.

Christine: “Dia akan baik-baik saja. Kau harus percaya padanya sesekali lagipula dia punya Akisa, kan?”

Rio: “Hm..”


-----Bandara-----


Christine: “Ini Rose Lee. Rekan kerjamu selama di Hawaii. Dia juga model profesional.”

Rose: “Hai, salam kenal.” 

Rio: “Rio Jung. Salam kenal.”

Christine: “Karena kita akan berada seminggu di Hawaii pastikan kalian membawa peralatan  lengkap.”

Rio: “Ne.”

Christine: “Rio, sudah menghubungi Soria?”

Rio: “Aku baru akan menghubunginya.” (menelfon Soria)

Rose: “Nuguya?”

Christine: “Adiknya yang paling berharga.”

Rose: “Hee.. jadi dia punya adik.”

Rio menelfon Soria cukup lama dengan segala pesannya yang membuat ‘adiknya’ itu menghela nafas berkali-kali. Christine yang berteriak memanggilnya untuk segera chek in tak ia hiraukan.

Soria: “Aku tahu itu.. kau tak perlu mengingatkan aku terus-menerus.”

Rio: “Baiklah, semoga kau menjadi juara pertama. Mianhae, karena tak bisa mendukungmu secara langsung.”

Soria: “Gwenchana, dukunganmu sudah lebih dari cukup.”

Rio: “Saranghae.”

Soria: “Na do..” (menutup telfon)

Rio berangkat menuju Hawaii dan menitipkan cintanya di Seoul. Ia duduk bersebelahan dengan Rose dan tak sengaja tertidur di pundak model cantik tersebut. Sesampainya di Hawaii semua kru beserta Christine, Rio, dan Rose segera menuju penginapan yang terletak di pinggir pantai.

Rio: “Mianhae, aku tak bermaksud tertidur seperti itu.”

Rose: “Gwenchana, lagipula kau juga kelelahan.”

Christine: “Itu kan memang kebiasaanmu.” (menyeret koper)

Rio: “Christine!”

Tiba-tiba handphone Rio berdering. Ada pesan masuk dari Soria yang buru-buru ia buka. Isi pesan tersebut mengatakan bahwa penghuni apartemen tunggal itu berhasil menjadi juara satu dalam lomba desain miniatur. Rio benar-benar bersyukur dalam haati dan segera menelfon Soria.

Rio: “Chukkae darling...”

Soria: “Ne.. ini semua juga tak luput dari dukunganmu.”

Rio: “Kau mau minta hadiah apa? Aku akan langsung membelikannya.”

Soria: “Aku mau orang yang pernah memberikanku boneka beruang berwarna baby blue pulang dengan selamat.”

Rio: “Akan dilaksanakan!”

Soria: “Aku akan memasak makanan kesukaanmu ketika kau pulang nanti.”

Rio: “Arigatoo.”

Soria:  “Bye..”

Rio: “Bye.” (menutup telfon)

Rose: “Adikmu ya?”

Rio: “Ne, dia memenangkan perlombaannya.”

Rose: “Perlombaan apa?”

Rio: “Desain miniatur bangunan. Jika menang akan dibuatkan bangunan aslinya.”

Rose: “Wow! Bangunan apa yang ia buat?”

Rio: “Aku juga tak begitu tahu karena ia menyimpan proyeknya dirumah temannya.”

Christine: “Setelah selesai merapikan barang kita akan rapat sebentar.”

Rose: “Oke Christine.”

Rose sekamar dengan Christine sementara  Rio sekamar dengan beberapa kru yang terlibat dalam pemotretan nanti. Rapat dilakukan sebelum makan malam tiba untuk membahas gaya pakaian mana yang akan dikenakan dan dimana tempat berfoto yang bagus.

Christine: “Hei, Rio, malam ini akan ada acara menyambut tamu dengan tarian Hula-Hula.”

Rio: “Lalu?”

Christine: “Kau tak mau melihatnya? Kau bisa menggunakan fasilitas 3G di handphonemu dan memperlihatkannya pada Soria.”

Rio: “Iya juga ya..”

Christine: “Nah.. sekarang kita semua harus memulai rapat serius.”

Di apertemen..

Soria: “Tadaima..”

Hening. Biasanya akan ada suara Rio yang menyambut kepulangannya dengan wajah kusut karena tugas kuliah yang menumpuk. Soria meletakkan tasnya di sofa ruang tamu. Ia baru saja merayakan keberhasilan lomba bersama teman-temannya di rumah Akisa. Ia lalu beranjak menuju kamar Rio yang belum pernah ia berani masuki semenjak ia tinggal di apartemen itu. Kamar itu cukup rapi mungkin sang pemilik membersihkannya sebelum pergi. Soria membaringkan dirinya di kasur Rio dan menatap langit-langit ruangan lalu tertidur. Sementara Rio berusaha menghubungi Soria dari Hawaii tepatnya saat menonton pertunjukan tari.

Rose: “Ada apa?”

Rio: “Soria tak mengangkat telfonku.”

Rose: “Mungkin dia sudah tidur. Ayo bersenang-senang sebentar..”

Rose menarik tangan Rio untuk bergabung di kerumunan orang yang sedang menari Hula. Sejenak Rio lupa dengan siapa ia sedang menjalin hubungan. Christine dengan isengnya mengambil video dansa Rose dan Rio lalu mengirimkannya pada Soria. Pagi harinya, Soria bangun dengan sendirinya. Hari ini ia tidak ke sekolah maupun bekerja karena ada hari libur nasional. Ia meraih handphone yang tergeletak di kasur Rio dan melihat ada 31 panggilan tak terjawab dan kiriman e-mail dari Rio.

Soria: “Dia menelfon sebanyak ini?”

Soria mengecek kiriman e-mail. Kepalanya mendadak sakit saat melihat beberapa foto mesra yang terpampang di layar handphonenya. Ia juga membuka video yang dikirimkan. Ia tidak kenal sama sekali dengan wanita yang mengalungkan tangannya di leher Rio untuk berdansa. Beberapa bulir air mata jatuh ke layar handphone berwarna putih itu. Soria menelfon Riyuka dan menjelaskan apa yang ia lihat pagi ini sambil menangis sesenggukan.

Soria: “Riyuka, apa yang h-harus aku l-lakukan?”

Riyuka: “Mungkin itu bagian dari pekerjaan, Soria.”

Soria: “Jika iya, kenapa harus s-sedekat itu? Merek hampir berciuman..” 

Riyuka: “Itu namanya profesional. Sekarang aku tanya padamu, apa kau percaya ia mencintaimu?”

Soria: “Haii.”

Riyuka: “Apa kau percaya ia akan kembali hanya untukmu?”

Soria: “Sampai tadi malam aku masih percaya Riyuka.. aku masih percaya..”

Lagi-lagi ada gambar Rio dan wanita yang tak Soria kenal dikirim ke emailnya dan gambar kali ini sudah cukup bagi Soria untuk mengambil keputusan.

Riyuka: “Soria..”

Soria: “Aku mau pindah!”

Riyuka:”Pikirkan ba-“

Soria: “Aku sudah memikirkannya sejak aku melihatnya ketika bangun dari mimpi indahku.”

Riyuka: “Pastikan kau tak menyesalinya.”

Soria: “Iie. Aku tak akan menyesali setiap keputusan yang pernah aku buat, Riyuka.”

Riyuka: “Tinggallah dirumahku, waktu ujian tinggal dua bulan lagi.”

Soria: “Kamsahabnida, tapi aku tak ingin merepotkanmu. Kau sudah sangat banyak membantuku.”

Riyuka: “Lalu kau akan tinggal dimana?”

Soria: “Di tempat yang membuatku selalu merasa nyaman.”

Riyuka: “Barang-barangmu?”

Soria: “Aku akan menelfon orangtuaku untuk mengambil semua barang-barangku di apartemen ini.”

Riyuka: “Kapan kau akan pindah?”

Soria: “Sore ini.”


------skip time-----


Jane: “Tinggal disini? Apa kau yakin?”

Soria: “Saya sangat yakin. Lagipula waktu saya tinggal di Seoul hanya tinggal dua bulan saja.”

Jane: “Tetapi, sepertinya tak ada tempat yang bisa kau jadikan kamar disini.”

Soria:”Saya rasa ruang kesehatan bisa digunakan.”

Jane: “Kau yakin mau tinggal di ruang kesehatan selama dua bulan?”

Soria: “Saya sangat yakin. Saya pastikan ruang kesehatan tetap rapi dan tidak menghilangkan fungsinya.”

Jane: “Jika kau mau, kau bisa tinggal dirumahku sementara waktu.”

Soria: “Kamsahabnida, ruang kesehatan sudah cukup untuk saya.”

Jane: “Semoga kau bisa mencapai segala cita-citamu, nak.”

Sudah seminggu Rio berada di Hawaii dan tibalah saatnya pulang. Pulang menemui orang yang tak akan ia jumpai. Ia tak lupa membawakan banyak hadiah untuk gadis keturunan Jepang itu. Rio pulang dengan perasaan bahagia yang meluap-luap meskipun ekspresinya tetap datar. Soria akan menghidangkan makanan kesukaannya dan mereka akan makan bersama. Lalu mereka akan menghabiskan waktu dengan mengobrol sambil minum teh. Setidaknya itulah gambaran rencana Rio setibanya di apartemen nanti.

Soria: “Kau akan pulang.. hari ini.” (berdiri di dapur apartemen)

Soria mulai memotong beberapa macam sayuran dan ikan. Ia membuatkan Rio sushi, kimchi, nasi goreng bayam, kue beras, dan beberapa makanan penutup. Selesai memasak dan menata makanan di meja makan, Soria mendudukkan boneka beruang baby blue dari game center miliknya di salah satu bangku di meja makan itu. Bangku itu adalah bangku yang biasa Soria isi saat ia makan bersama Rio.

Soria: “Tolong temani Rio saat tak ada yang menemaninya disini.”

Sesampainya di Seoul, Christine buru-buru mengantarkan Rio ke apartemen.

Christine: “Aigoo, kau sampai membelikannya bunga mawar berwarna royal blue yang mahal itu.”

Rio: “Ck. Aku sudah pernah bilang kalau dia itu berharga.”

Christine: “Ne.. sampaikan ucapan selamatku padanya.”

Rio: “Ne.”

Christine: “Sudah sampai. Jangan lupa sampaikan ucapanku!”

Rio: “Jika aku ingat.” (keluar dari mobil)

Christine: “RIO!”

Rio menarik dan menghembuskan nafas panjang saat akan membuk kenop pintu apartemennya. CKLEK..

Rio: “Tadaima Soria~”

Hening. Tak ada siapapun yang menjawab. Lampu ruangan juga mati. Tirai jendela juga terurai tak seperti biasanya. Rio menyalakan lampu dan melihat ruangan itu tak seperti biasanya.

Rio: “Soria.. kau dimana?”

Rio beranjak menuju kamar Soria. Kosong. Ruangan itu juga bersih dari semua perabotan milik kekasihnya itu. Rio mulai diliputi rasa cemas.

Rio: “Soria ini sama sekali tidak lucu! Cepat keluar!” (mencari ke seluruh ruangan)

Tetap tak ada jawaban. Seharusnya ada suara perempuan muda yang menyahut panggilannya. Rio membuka tiraai dengan kasar. Seemakin gusar.

Rio: “Soria cepat keluar! Apa-apaan ini? Soria.. aku janji tak akan marah padamu! Kumohon keluarlah..” (setengah berteriak)

Rio melangkahkan kakinya menuju dapur. Istana paling indah milik Soria. Hidangan kesukaan Rio sudah tersaji diatas meja makan. Ia berjalan gontai mendekati meja makan tersebut. Ada sepucuk surat di depan boneka beruang baby blue yang duduk manis di salah satu bangku. Isi surat itu...

DEG. Apa maksudnya dengan ‘it’s over’? Apakah Soria marah padanya? Atau terjadi sesuatu pada Soria selama dia pergi ke Hawaii? Makanan di meja makan masih hangat. Berarti Soria baru saja membuatnya. Rio segera turun ke lantai dasar untuk menemui resepsionis apartemen.

Rio: “N-Nona, teman sekamarku? Dimana dia?”

Recepsionist: “Oh, anda belum tahu? Ia sudah pindah sekitar enam hari yang lalu. Tapi tadi dia sempat kesini karena ada yang tertinggal.”

Rio: “Enam hari? K-Kemana dia pindah?”

Recepsionist: “Enam hari yang lalu, tepatnya sore hari semua barangnya sudah diangkut pergi dengan jasa angkut barang. Aku pernah melihat jasa itu, itu jasa khusus yang melayani pindah barang ke Jepang.”

Rio: “Jepang? Jepang.. dimana?”

Recepsionist: “Miannhae, kami juga tidak tahu. Kemarin seharusnya anda membayar sewa apartemen.”

Rio: “Ah,astaga, sebentar..” (meraih dompet di saku celana)

Recepsionist: “Tak perlu. Gadis itu sudah membayarnya sebelum ia  pindah.”

Rio: “M-Mwoya?”

Recepsionist: “Ne, dia sudah membayar sewa apartemen bulan ini dan untuk tiga bulan ke depan.”

Rio: “Sampai tiga bulan ke depan?”

Recepsionist: “Ne.”

Rio: “Apa anda yakin?”

Recepsionist: “Ne. Dia sendiri yang membayarnya. Kami memiliki detail pembayaran serta bukti tanda tangannya. (memperlihatkan sebuah buku) Ia berpesan bahwa Anda tak perlu khawatir dan fokus menjalani kuliah Anda. Dan dia juga berpesan tak perlu mencarinya.”

Malam hari pun tiba. Di dua tempat yang berbeda Soria dan Rio saling memikirkan satu sama lain. Ro masih penasaran kenapa Soria pergi meskipun ia menepati janji. Baik Soria maupun Rio sama-sama tak bisa memejamkan mata. Pagi harinya, Christine berkunjung ke apartemen Rio karena si penghuni apartemen tak kunjung mengangkat telfon darinya. TOKK TOKK

Christine: “Riooo ini aku, Christine!”

CKLEKK. Pintu apartemen itu terbuka dan menampilkan sosok manusia setengah hidup yang tampak sangat lesu dan lelah karena tak tidur semalaman. Christine yang kaget segera membuatkan Rio susu hangat dan menyuruhnya duduk. Ia tak mau model andalannya itu di dera depresi.

Christine: “Kau kenapa? Apa yang terjadi? M-Mana adikmu?”

Rio: “Mianhae, dia bukan adikku.”

Christine: “A-Maksudmu? Kalian saudara tiri?”

Rio: “Bukan. Dia adalah pacarku..”

Christine: “M-Mwoya? Kenapa baru bilang sekarang? Kau pasti berpikir bahwa aku akan marah dan memecatmu?”

Rio: “Mungkin..”

Christine: “Rio, aku tak akan marah kalau kau beritahu aku yang sebenarnya, siapa dia dan kenapa bisa tinggal denganmu? Sekarang dimana dia?”

Rio: “Dia pergi sebelum aku tiba.”

Christine: “Pergi? Eodilo?”

Rio: “Dia pindah ke Jepang. Aku tak tahu kenapa ia pergi tanpa berpamitan dan menghilang seperti ini.”

Christine: “Mianhae Rio.. jeongmal mianhaeyo!!” (menangkup tangan didepan wajah)

Rio: “”Waeyo?”

Christine: “Aku mengirim foto-fotomu bersama Rose ke emailnya.. menggunakan email milikmu... jeongmal mianhaeyo. Pasti dia berpikir kau sengaja mengirim foto-foto itu...”

Rio hanya bisa lemas di sofanya sambil bersandar. Tidak ada gunanya ia marah pada Christine. Soria sudah berada di negeri matahari terbit itu. Mungkin ia akan menjalani kehidupannya seperti belum ada Soria di apartemen itu.

Rio: “Christine, tolong sesuaikan jadwal pekerjaanku. Mulai sekarang aku akan kuliah dengan serius.”

Christine: “Eh?”

Rio:  “Kau tidak dengar? Kubilang aku akan kuliah dengan serius mulai sekarang agar lulus secepatnya. Jadi, sesuaikan jadwal pekerjaanku. Itu.. pesannya padaku setiap hari.. dia selalu mengingatkanku untuk belajar ketika ia usai bekerja.”

Christine: “Kau.. berjuanglah untuk menemukannya dan membawanya tinggal bersamamu lagi. Aku akan atur jadwalmu supaya kau bisa belajar dengan intensif. Aku akan membantumu untuk menemukannya semampuku.” (penuh semangat)

Rio: “Oi, Christine. Kau tak perlu naik ke atas meja!”

Christine: “Eh? Mian. Pastikan kau selalu dalam keadaan sehat! Daah..” (turun dari meja)

Rio hanya menatap kosong pintu yang tertutup itu. Biasanya Soria akan datang dari pintu itu, biasanya Soria akan memasak di dapur sambil menyanyi, biasanya Soria akan mengingatkan dirinya untuk tidak pulang terlambat, biasanya Soria akan menceritakan impiannya dengan penuh semangat, biasanya Soria akan membersihkan apartemen dengan penuh ketelitian, biasanya Soria akan marah jika Rio tidak menghabisakan makanan.

Rio: “Biasanya.. aku selalu melihat dan mendengarmu disini setiap hari.”

Rio bertekad akan berusaha mencari Soria sekuat tenaga.

Rio: “Eh? Bukankah ia masih kelas tiga SMA? U-Ujian kan masih dua bulan lagi.. itu artinya ia pasti masih disini! Tapi dimana? Ah, aku akan cek ke sekolahnya.”

Di sekolah...

Soria: “Jika ada yang bertanya aku ada dimana katakan saja kalau aku sudah berada di tempat yang membuatku tenang.”

Riyuka: “Terdengar seperti orang yang sudah mati..”

Soria: “Haha.. aku tahu ini agak berlebihan, tapi aku tak ingin siapapun tahu dimana aku tinggal sekarang, termasuk Rio. Ah, mungkin aku terlalu percaya diri ya? Mana mungkin Rio akan mencariku. Tidak sekalipun. Bahkan bertanya saja mungkin tidak.” (tersenyum miris)

Riyuka: “Aku tak mau dengar kalau kau suatu hari nanti menyesali keputusanmu ini. Kau bertindak secara sepihak saat itu. Bukankah itu bukan pertama kalinya kau melihat Rio berfoto cukup mesra dengan seorang wanita?”

Soria: “Hajiman, aku merasakan sesuatu yang berbeda dari wanita itu. Ia seolah memiliki cinta yang lebih besar untuk Rio-“

Riyuka: “Jika kau berpikiran seperti itu, itu artinya kau tak benar-benar mencintai Rio. Kau ini  memang tak tahu apa-apa tentang cinta ya?”

Soria: “Aku tahu kok.”

Riyuka: “Oh ya? Aku bukannya berpihak pada Rio, tapi caramu mengakhiri suatu hubungan ini kurang baik menurutku. Kalau kau mau putus itu boleh saja, tapi kenapa harus bermusuhan? Bukankah  kalian masih bisa berteman baik? Kau bahkan sampai membayar apartemen untuk tiga bulan kedepan sedangkan kau tak tinggal disitu.”

Soria: “Itu hadiah terakhir dariku.”

Kriiiiing. Bel sekolah sudah berbunyi. Semua siswa bergegas pulang ke rumah masing-masing. Rio sudah berada di gerbang sekolah Soria lengkap dengan penyamarannya. Ia memakai rambut palsu keriting berwarna cokelat kayu dan topi rajut berwarna merah. Ia juga memakai jaket berwarna abu-abu dan celana jeans hitam serta sepatu kets berwarna senada. Tak lupa ia memakai kacamata hitam. Rio celingukan mencari Soria diantara manusia-manusia yang keluar dari gerbang sekolah namun ia tak menemukan sosok yang dicari. Ia pun melihat gadis yang pernah menemani Soria saat di game center dulu.

Rio:  “Hei, kau! Tunggu!”

Riyuka: “Ne?”

Rio: “Kau.. temannya Soria,kan?”

Riyuka: “Ne, memangnya anda siapa dan perlu apa?”

Rio: “Err.. aku teman lamanya.  Bisakah kau beritahu dimana dia tinggal sekarang?”

Riyuka: “Temannya Soria tak ada yang bicara bahasa Korea dengan logat Korea fasih sepertimu. Semua temannya disini orang Jepang. Kau tak bisa membohongiku.”

Rio: “Urgh, baiklah kau memang  pintar. Aku ini teman satu apartemennya. Rio Jung imnida.”

Riyuka: “Kau.. om-om yang waktu itu ada di game center ya? Ya ampun.. kau ini bukan temannya tapi pacarnya!”

Rio: “Aku tak setua itu! Katakan padaku dimana Soria tinggal sekarang?”

Riyuka: “Ia sudah berada di tempat yang membuatnya tenang.”

Rio: “Maksudmu?”

Riyuka: “Yah.. kenyataannya memang seperti itu.”

Rio: “Aku tidak mengerti. Apa terjadi sesuatu padanya?”

Riyuka: “Anda pikirkan saja sendiri. Aku tak mau terlibat dalam urusan yang lebih rumit.”

Rio: “Kalau kau tak mau memberitahuku bagaimana urusan kami bisa selesai? Nomor teleponnya juga sudah tidak aktif, bahkan ia menutup semua akun media sosialnya. Tolong beritahu aku!”

Riyuka: “Haah.. aku bisa apa jika ia tak mau kembali bersama anda? Memaksanya? Itu tidak mungkin.”


Yakkkkk sekian dulu ceritanyaaaa... Tory ingin mengumumkan kalau Tory akan Hiatus mulai minggu depan hingga awal tahun... sampai jumpa di tahun berikutnya dengan semangat dan kreatifitas baruuu semoga liburan kalian menyenangkannnnnnnn!!!!!!!


Merry Christmas and Happy New Year for all readers who celebrate it... ^_^

No comments:

Post a Comment