Rio menyerahkan
beberapa lembar uang won pada Akisa yang masih belum bisa mencerna situasi yang
ada. Sementara Soria digiring masuk ke dalam mobil hitam milik Rio yang langsung meninggalkan
lokasi dikendarai pemiliknya.
Soria: “Hei, apa-apaan ini? Turunkan aku!”
Rio: “Aku tidak suka
kau pergi dengan orang yang suka ngebut seperti itu!”
Soria: “Aku suka dibawa berkendara dengan kecepatan penuh. Lagipula
tokonya akan tutup karena aku terlalu banyak membuang waktu hanya untuk
bertengkar denganmu di pagi hari.”
Rio: “Kalau aku bilang tidak suka bagaimana?”
Soria: “Ini semua salahmu! Kau bilang tidak bisa menemaniku ke toko
laundry, tapi kau malah membuntutiku sampai ke toko itu.”
CKIIITT. Rio
mendadak menghentikan mobilnya di pinggir jembatan yang saat itu tidak terlalu
banyak kendaraan yang lewat. Soria mengeratkan pelukannya pada boneka beruang
pemberian Rio.
Rio: “Aku
baru akan memberitahumu tadi pagi, tapi kau terus saja marah dan pergi.
Berhenti bersikap kekanak-kanakan seperti itu.”
Soria: “A-aku tidak bisa membatalkan janji y-yang sudah aku
buat lebih dulu..”
Suara Soria
bergetar menahan air mata dan amarah. Ia bahkan memandang keluar jendela mobil.
Rio jadi merasa bersalah karena terlalu egois.
Rio: “Kau menangis?”
Soria: “U-Ugh.. aku mau pindah!”
Rio: “Hoi, jangan berpikiran pendek. Aku ingin bertanya satu hal
padamu dan harus kau jawab saat ini juga!”
Soria: “Mwoya?”
Rio: “Apa kau suka padaku?”
Soria: “Huh?”
(mengusap air mata)
Rio: “M-Maksudku apakah kau jatuh cinta padaku? Aku mengajukan
pertanyaan ini bukan tanpa alasan. Kau.. belakangan ini seolah ingin
diperhatikan lebih, iya kan? Kau sering memfotoku diam-diam dan kau juga
mencuri nomor telfonku padahal aku belum pernah menghubungimu secara pribadi
sampai sekarang.”
Crap. Soria
membatu ditempat duduknya dengan mata yang masih sembab dan ekspresi kaget yang
kentara. Rasanya Soria ingin keluaar dari mobil dan mlompat dari jembatan tapi syukurlah
akal sehatnya masih bersamanya.
Soria: “E-A-Aku..”
Rio: “Aku masih menunggu jawabanmu yang paling JUJUR.”
Soria: “Er..n-ne.”
Rio: “Lihat lawan bicaramu saat ini Soria.”
Soria: “Aniya, aku sudah jawab pertanyaanmu.”
Rio: “Tapi kau belum dengar tanggapanku tentang jawabanmu
tadi.”
Soria P.O.V: “Astaga.. kenapa aku jadi terjebak dalam
percakapan penuh perangkap iniiiii????”
Soria: “Tidak perlu. Aku sudah tahu jawabannya.”
Rio: “Jeongmal? Memangnya apa?”
Soria: “Jawabanmu adalah ‘tidak’. Kau tahu kan aku ini kekanak-kanakan,
manja, dan.. tidak sepintar dirimu. Aku juga tidak terlalu mengenalmu. Aku tak
yakin kita bisa mempertahankan hubungan dengan karakter yang sangat berbeda.”
Rio: “Kau.. penjelasanmu panjang dan salah.” (mengacak-acak
rambut Soria)
Soria: “Apanya yang salah?” (berpaling kearah Rio)
Rio: “Kau mau tahu
dimana salahnya?”
Soria: “Ne.”
Rio: “Jawabanku bukan seperti yang kau katakan, bocah.
Jawabanku adalah...”
Soria: “Pulang.”
Rio: “Huh?”
Soria: “Aku tak mau mendengar jawabanmu. Aku mau pulang!”
Rio: “Aku tak mau menjalankan mobilnya.”
Soria: “Kalau begitu kenapa kau menculikku? Aku tidak pernah protes
ketika kau jalan dengan teman-teman perempuanmu. Kau ini benar-benar aneh dan
semaunya.”
Rio: “Karena laki-laki yang boleh kau cintai di dunia ini selain
ayahmu.. hanya AKU seorang.” (menatap Soria lekat-lekat dengan ekspresi serius)
Soria: “M-Mwoya?”
Rio: “Hanya aku, laki-laki yang boleh jadi pacarmu.”
Rio
memperbaiki posisi duduknya dan menjalankan mobilnya. Hening. Tak satupun dari
mereka yang bicara. Masing-masing telah larut dalam pikiran. Berusaha mencerna
apa yang terjadi sebelum mobil yang mereka tumpangi ini berjalan. Di satu sisi mereka merasa lega karena sudah
tahu perasaan masing-masing tapi di sisi lain mereka jadi tidak tahu harus berbuat apa setelahnya.
Rio jadi kesal dengan kesunyian panjang yang membentengi mereka dan akhirnya
buka suara.
Rio: “Apa yang mau kau lakukan dirumah?”
Soria: “Aku mau makan. Bertengkar membuatku lapar.”
Rio: “Kau bisa masak apa?”
Soria: “Apa saja asal ada resepnya.”
Rio: “Hm.. boleh aku minta dimasakkan sesuatu?”
Soria: “Tentu.”
Sepanjang
perjalanan menuju apartemen mereka terus bercerita. Seolah lupa kejadian sakral
di pinggir jembatan tadi. Sesampainya di dalam apartemen, Soria dan Rio
langsung menuju dapur.
Rio: “Biar aku bantu.”
Soria: “Eh? Tidak usah, biar aku saja. Kau mau dimasakkan
apa?”
Rio: “Aku suka nasi goreng bayam. Bisakah kau memasakkannya
untukku?”
Soria: “Emh.. kebetulan masih ada bayam di kulkas. Tentu
bisa aku buatkan.”
Rio: “Baiklah aku akan menontonmu dari meja makan.”
Soria: “Haii.”
Soria mulai
memasak dengan telaten. Tidak lupa ia juga menyiapkan kimchi kesukaan Rio.
Sementara Rio hanya bisa menelan
salivanya begitu melihat makanan kesukaannya tertata rapi di atas meja makan
beberapa saat kemudian.
Rio: “Boleh aku makan?”
Soria: “Tentu saja.”
Rio: “Dengan deklarasi di pinggir jembatan itu.. kita resmi
pacaran kan?”
Soria: “Uhuk uhuk..”
Soria tersedak
nasi goreng bayam buatannya karena mendengar ucapan Rio yang tanpa basa-basi.
Mengingat kejadian di pinggir jembatan itu saja sudah membuat wajah Soria
seperti kepiting rebus namun ia berusaha tenang setelah minum beberapa teguk
air yang diberikan oleh Rio.
Rio: “Gomennasai, kau baik-baik saja?”
Soria: “Haii..”
Hening kembali
menyelimuti mereka berdua. Hanya ada suara dentingan antar peralatan makan.
Soria sudah bertekad dalam hati dan tidak akan menyesalinya.
Soria: “Haii. Kita resmi pacaran.”
Rio: “Uhuk uhuk..”
Soria: “Hahaha.. kenapa sekarang kau yang tersedak?”
(menyodorkan air untuk Rio)
Rio: “Uhuk.. astaga harusnya kau uhuk.. bilang dari tadi...”
(meminum air)
Malam ini
mereka akan tidur nyenyak di kamar masing-masing. Atau mungkin tidak karena Rio
tak henti-hentinya tersenyum sendiri sambil mengerjakan tugas kuliah dan Soria
belajar di kamarnya sambil memeluk boneka beruang yang sudah di laundry.
Soria: “Oyasuminasai~” (berbisik pada bonekanya)
Rio: “Oyasuminasai~” (berbisik pada tembok yang memisahkan
kamar)
*sedikit curhat nih haha bukan curhat juga sih tapi kayak meluapkan kesenangan karena makin kesini Katsugeki Touken Ranbu dan Boku No Hero Academia S2 makin bikin greget... apalagi katsugeki aduuuhhh meleleh dah lihat mikazuki yang tampilannya cantik bangeeettt!!! Whaoww betapa Bara-nya Mitsutada sama Ookurikara di episode terbarunya... hm.. hm.. hm...
*Our Game*
No comments:
Post a Comment